
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya merinci ada total 38 taman aktif yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau dan berinteraksi oleh masyarakat.
Dedik Irianto Kepala DLH Kota Surabaya menyebut, jumlah itu belum termasuk taman pasif yang tersebar di jalur hijau dan sisi-sisi jalan protokol, yang juga berfungsi sebagai wajah kota.
“Jadi kami klasifikasikan taman itu ada dua, yakni taman aktif dan taman pasif. Taman aktif itu di mana masyarakat bisa interaksi di dalamnya, seperti Taman Bungkul, Taman Prestasi, Taman Sejarah, dan lain-lain. Kami memiliki 38 taman aktif,” kata Dedik saat mengisi program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, Jumat (11/7/2025).
Ia menjelaskan, taman aktif memang dirancang sebagai ruang publik yang bisa diakses langsung masyarakat dan dilengkapi fasilitas bermain anak. Dua di antaranya bahkan sudah bersertifikat RBRA (Ruang Bermain Ramah Anak), yaitu Kebun Bibit dan Taman Cahaya.
“Tahun ini kita ajukan lagi dua taman untuk sertifikasi RBRA, yaitu Taman Bungkul dan Taman Sejarah. Karena juga ada playground-nya, itu harus memenuhi standar ramah anak,” jelas Dedik.
Standar RBRA sendiri ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA). DLH memastikan semua aspek dalam taman memenuhi standar keamanan, seperti tidak ada bagian tajam, sambungan terbuka, cat terkelupas, atau karat pada alat bermain.
Bahkan kelaker ayunan pun harus tertutup agar tidak mencelakakan jari anak. “Taman aktif itu memang butuh effort lebih untuk perawatan, apalagi taman seperti Bungkul yang pengunjungnya tinggi. Kami bangun ulang playground-nya supaya sesuai standar,” katanya.
Selain taman aktif, Dedik juga menjelaskan soal keberadaan taman pasif yang jumlahnya mencapai ratusan. Taman pasif umumnya berupa jalur hijau di sepanjang jalan, seperti di Raya Darmo.
Meski tidak digunakan untuk aktivitas sosial langsung, kata Dedik, taman pasif tetap menjadi prioritas dalam perawatan karena menjadi wajah kota.
“Wajah kota, jadi kita tetap harus memperbaiki, merawat. Kegiatannya teman-teman yang pertama itu nyapu dulu, dibersihkan dulu dari daun-daun. Kemudian dilakukan pendangiran, nyabuti rumput liar, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, dan seterusnya. Itu rutin dilakukan setiap hari,” paparnya.
Untuk mendukung perawatan taman, DLH Surabaya mengerahkan sekitar 1.000 petugas yang dibagi berdasarkan rayon. Petugas taman pasif dan taman aktif berbeda, sesuai dengan wilayah dan jenis tugas masing-masing.
Taman pasif dikelola secara rayon, sedangkan taman aktif biasanya ditangani oleh petugas yang bertanggung jawab atas beberapa taman sekaligus.
“Kalau taman pasif itu kami bagi rayon. Ada Surabaya Selatan, Utara, Barat dan sebagainya. Termasuk juga untuk perantingan, supaya PGU-nya nggak terhalang. Kalau taman aktif, kami kelompok-kelompokkan, korlap satu orang pegang beberapa taman,” terang Deddy.
Dari sisi teknis, DLH juga memiliki berbagai jenis kendaraan dan peralatan pendukung perawatan taman, mulai dari mobil tangki air untuk penyiraman hingga skywalker untuk pemangkasan pohon besar. Karena cuaca Surabaya yang panas, penyiraman dilakukan sampai tiga kali sehari di musim kemarau.
DLH juga terus mengupayakan agar aktivitas penyiraman tidak mengganggu warga di jam-jam sibuk. Untuk area ramai, penyiraman dilakukan malam hari.
“Kalau tanaman tertentu itu memang harus bener-bener basah. Kalau cuma sekali, apalagi rumput, bisa kerempeng, nggak bisa bagus. Karena itu kami atur penyiraman pagi, siang, malam. Bahkan ada petugas shift malam,” ungkapnya. (bil/ipg)