Dosen Unair Sebut Kebijakan Jam Malam Harus Fokus ke Pembinaan

Parlaungan Iffah Nasution Dosen Departemen Administrasi Publik Universitas Airlangga (Unair) menilai kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengenai pembatasan jam malam, sebagai langkah yang positif.

Ucok, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kebijakan yang dibuat Pemkot Surabaya berbasis pada gerakan yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat.

“Saya melihat ini sebagai satu kebijakan publik yang berbasis pada gerakan bersifat bottom-up. Jadi mekanismenya bukan diatur detail secara top-down, tetapi menuntut partisipasi aktif masyarakat,” katanya, Minggu (6/7/2025).

Menurut Ucok, kenakalan remaja sebagai permasalahan yang kompleks sehingga perlu penyelesaian yang melibatkan banyak aktor, waktu yang cukup panjang, serta perencanaan jangka panjang.

“Sehingga menurut saya, kebijakan pembatasan jam malam ini perlu disertai dengan program lain dalam rangka membina remaja,” tambahnya.

Dia menyampaikan agar pihak-pihak yang turut andil dalam kebijakan ini, tidak bias atau salah fokus.

Karena, lanjut Ucok, kebijakan ini tidak berfokus pada jam malamnya. Tapi lebih ke pembinaan anak-anak yang terlibat.

“Kita yang terlibat harusnya fokus pada perubahan pola budaya dan pola hidup bermasyarakat. Jadi bagaimana orang tua punya perhatian penuh dan kita sebagai publik punya kesadaran untuk mengingatkan anak dan remaja di lingkungan sekitar,” jelasnya.

Selain itu, kata Ucok, Pemkot Surabaya juga harus menyampaikan mekanisme implementasi kepada para pemegang jabatan seperti, ketua RT dan ketua RW.

“Jangan sampai di tingkat masyarakat, mereka hanya tahu mekanisme tapi tidak tahu substansi. Maksudnya adalah, pemerintah hadir bukan untuk mengatur jam malam, tapi bagaimana orang tua punya pengawasan penuh terhadap aktivitas anak di malam hari,” tandasnya. (kir/saf/ham)