Rabu, 18 Juni 2025

Dukung Inovasi BNCT, Unusa Siap Jadi Pelopor Terapi Kanker Berteknologi Canggih

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Studium generale bertajuk "The Future of Cancer Therapy: BNCT and Cyclotron Innovations in Indonesia and Beyond" di Unusa Kampus B Surabaya, pada Selasa (17/6/2025). Foto: Unusa

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus berupaya untuk menemukan pengobatan kanker yang lebih inovatif, mengingat penyakit ini mematikan nomor dua setelah penyakit jantung.

Upaya itu, ditunjukkan dalam penyelenggaraan Studium Generale bertajuk “The Future of Cancer Therapy: BNCT and Cyclotron Innovations in Indonesia and Beyond” di Unusa Kampus B Surabaya, pada Selasa (17/6/2025).

Yohannes Sardjono peneliti BRIN menjelaskan bahwa Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) merupakan terapi kanker berbasis partikel berat yang memiliki keunggulan signifikan dibanding terapi konvensional.

“BNCT ini adalah terapi yang bersifat targeting cell, artinya hanya menyerang sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya,” katanya.

Salah satu keunggulan utama BNCT adalah pasien tidak perlu menjalani terapi berulang, seperti pada terapi sinar-X atau direct elektron.

Meski demikian, pada beberapa jenis sel kanker, sinar-X masih diperlukan sebagai pelengkap terapi. Namun, secara keseluruhan BNCT membuka babak baru dalam pengobatan kanker yang lebih efektif, efisien, dan memiliki efek samping yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan terapi konvensional.

BNCT, kata dia, memanfaatkan senyawa boron yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan akan terkonsentrasi di sel kanker.

“Ketika pasien terpapar neutron, boron tersebut akan menangkap neutron dan menghasilkan reaksi yang menghancurkan sel kanker dari dalam. Karena reaksi ini bersifat lokal dan spesifik terhadap sel kanker, jaringan sehat di sekitarnya dapat tetap terlindungi,” jelasnya.

Sementara itu, Yoshihito Kameda dari Sumitomo Heavy Industries, Jepang, mengatakan bahwa teknologi semikonduktor memiliki peran penting dalam pengembangan BNCT.

Ia menyebut, semikonduktor memungkinkan pengembangan sumber neutron yang lebih kecil, efisien, dan mudah diakses. Hal itu menjadi penting untuk BNCT bisa diimplementasikan di lebih banyak rumah sakit, tidak hanya terbatas pada pusat-pusat kanker skala besar.

“Teknologi semikonduktor memainkan peran penting dalam terapi ini, khususnya dalam pengembangan dan pengoperasian sumber neutron. Teknologi ini memungkinkan sistem kontrol dan pemantauan yang lebih presisi, sehingga meningkatkan efektivitas dan keamanan terapi kanker,” jelasnya.

Achmad Jazidie Rektor Unusa mengatakan, teknologi BNCT merupakan bagian dari transformasi medis menuju pengobatan kanker masa depan. Ia berharap, hadirnya teknologi seperti BNCT bisa berorientasi pada kebutuhan masyarakat saat ini.

“Ini merupakan terapi kanker masa depan dengan meminimalisir kerusakan pada sel sehat. Unusa ikut terlibat pula dalam riset ini. Diharapkan ke depan Unusa atau rumah sakit yang menjadi RS Pendidikan Unusa, RSI Jemursari, RSI Ahmad Yani, dan RS Nyi Ageng Pinatih Gresik, menjadi yang pertama mengimplementasikan terapi ini,” ucapnya.

Komitmen itu, kata dia, sekaligus mempertegas peran Unusa yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai motor penggerak inovasi di sektor layanan kesehatan.

“Pengembangan BNCT diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperluas akses masyarakat terhadap teknologi terapi kanker yang lebih aman dan efektif, sekaligus meningkatkan kualitas layanan medis,” pungkasnya.(ris/saf/ipg)

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Surabaya
Rabu, 18 Juni 2025
25o
Kurs