Jumat, 5 September 2025

Fenomena Blood Moon 7–8 September 2025 Bisa Dilihat di Seluruh Indonesia

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Gerhana bulan total 2018 lalu. Foto: Dok Antara

Fenomena gerhana bulan total atau Blood Moon akan kembali menghiasi langit Indonesia pada 7–8 September 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, peristiwa alam langka ini dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, baik secara langsung maupun melalui siaran daring.

Melansir laman resmi BMKG, Jumat (5/9/2025), gerhana bulan total ini akan berlangsung selama beberapa jam. Proses gerhana dimulai pada, Minggu (7/9/2025) malam dan mencapai puncaknya pada Senin (8/9/2025) dini hari.

Sementara puncak gerhana diperkirakan terjadi pukul 01.30 WIB, 02.30 WITA, atau 03.30 WIT, tergantung zona waktu masing-masing.

BMKG menjelaskan, fenomena ini terdiri atas beberapa fase. Fase awal (P1), ketika Bulan mulai memasuki bayangan penumbra Bumi, dimulai pukul 21.00 WIB atau 22.00 WITA.

Kemudian fase gerhana sebagian (U1) terjadi sekitar pukul 22.00 WIB atau 23.00 WITA. Puncak gerhana total akan berlangsung pukul 01.30 WIB (02.30 WITA/03.30 WIT). Peristiwa ini akan berakhir pada Senin pagi, 8 September 2025, sekitar pukul 05.00 WIB atau 06.00 WITA.

Menurut BMKG, seluruh wilayah Indonesia berkesempatan menyaksikan fenomena ini. Pengamat di zona waktu WIB bisa melihat puncak gerhana sekitar pukul 01.30, di WITA pukul 02.30, dan di WIT pukul 03.30. Agar momen langka ini terlihat jelas, masyarakat disarankan memilih lokasi dengan langit cerah dan minim polusi cahaya.

Sejumlah institusi juga menyiapkan fasilitas khusus untuk pengamatan. Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) akan menggelar kegiatan pengamatan pada malam 7 September hingga dini hari 8 September 2025.

Bagi yang tidak bisa hadir langsung, BMKG menyiarkan fenomena ini secara live streaming melalui kanal resmi YouTube.

Mengapa Disebut Blood Moon?

Gerhana bulan total sering disebut Blood Moon karena pada puncaknya, Bulan akan terlihat berwarna merah pekat atau oranye. Warna ini muncul akibat efek optik yang disebut hamburan Rayleigh.

Cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi difilter sehingga cahaya dengan panjang gelombang pendek (biru-ungu) tersebar, sementara cahaya merah-oranye dibelokkan ke arah Bulan. Itulah yang membuat Bulan tampak seperti diselimuti cahaya merah darah.

Adapun sepanjang tahun 2025, BMKG mencatat akan ada empat fenomena gerhana, terdiri dari dua gerhana bulan dan dua gerhana matahari sebagai berikut:

  1. Gerhana Bulan Total (14 Maret 2025) – fase akhir terlihat dari sebagian wilayah Indonesia Timur
  2. Gerhana Matahari Sebagian (29 Maret 2025) – tidak terlihat dari Indonesia
  3. Gerhana Bulan Total (7–8 September 2025) – bisa diamati dari seluruh wilayah Indonesia
  4. Gerhana Matahari Sebagian (21 September 2025) – tidak terlihat dari Indonesia

Fenomena Blood Moon pada September 2025 menjadi salah satu momen langka yang bisa dinikmati masyarakat Indonesia. BMKG mengimbau masyarakat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengamati langsung atau melalui siaran daring. (bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Jumat, 5 September 2025
28o
Kurs