
Volodymyr Zelenskyy Presiden Ukraina dan pemerintah Rusia saling menuduh telah melanggar gencatan senjata Paskah yang diumumkan secara sepihak oleh Vladimir Putin Presiden.
Melansir Al Jazeera, Zelenskyy menyebut bahwa pelanggaran terjadi bahkan sejak detik pertama gencatan senjata diberlakukan, pada Sabtu (19/4/2025) petang waktu setempat/
Zelensky mengutip laporan Oleksandr Syrskii Panglima Militer Ukraina, pada Minggu (20/4/2025), kemudian mengatakan bahwa militer Rusia telah melanggar gencatan senjata lebih dari 2.000 kali sejak Minggu pagi.
Meskipun tidak ada serangan udara atau peluncuran misil pada hari itu, Zelenskyy menyarankan agar Rusia memperpanjang jeda kemanusiaan dengan menghentikan serangan drone dan rudal terhadap infrastruktur sipil selama setidaknya 30 hari.
Namun, harapan itu pupus. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa gencatan senjata tidak akan diperpanjang.
Gencatan senjata semula berlaku mulai Sabtu pukul 18.00 waktu Moskow hingga Minggu tengah malam. Gencatan senjata 30 jam tersebut, yang diklaim untuk alasan kemanusiaan, awalnya digadang-gadang menjadi jeda paling signifikan dalam perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Namun hanya beberapa jam setelah pengumuman Putin, sirene serangan udara terdengar di Kyiv dan sejumlah wilayah Ukraina. Zelenskyy menuduh Rusia menggunakan gencatan senjata sebagai manuver pencitraan belaka.
“Secara keseluruhan, hingga pagi Paskah, bisa dikatakan bahwa tentara Rusia berusaha menciptakan kesan umum adanya gencatan senjata, tetapi di beberapa titik mereka masih terus berusaha menyerang dan menimbulkan kerugian,” ucap Zelenskyy.
“Secara praktik, bisa jadi Putin tidak mengendalikan pasukannya secara penuh, atau memang dari awal mereka tidak punya niat tulus mengakhiri perang. Yang mereka incar hanyalah pencitraan,” lanjutnya.
Rusia Klaim Ukraina Langgar Gencatan 1.000 Kali
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pasukan Ukraina telah melanggar gencatan senjata lebih dari 1.000 kali. Dalam sebuah pernyataan di media sosial, Rusia menuding Ukraina menembaki pasukan militernya sebanyak 444 kali, dan meluncurkan lebih dari 900 serangan drone.
Rusia juga melaporkan bahwa wilayah perbatasan seperti Bryansk, Kursk, dan Belgorod ikut diserang, menyebabkan korban sipil dan kerusakan properti.
Sementara itu, kantor berita TASS mengutip sumber layanan operasional menyebut setidaknya ada tiga ledakan yang terdengar di distrik Budennovsky, Donetsk, wilayah yang dikuasai Rusia sejak 2014.
Rusia menyalahkan Ukraina atas ledakan itu, namun belum ada komentar resmi dari pihak Ukraina. Seorang juru bicara militer Ukraina mengonfirmasi bahwa meski aktivitas di garis depan menurun, pertempuran belum benar-benar berhenti.
“Memang berkurang, tapi tidak menghilang. Sejujurnya, kami tidak terlalu berharap bahwa gencatan itu benar-benar akan terjadi,” kata Viktor Trehubov kepada televisi nasional. (bil/iss)