
Prof Rossanto Dwi Handoyo Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) menilai konflik Iran-Israel memberi dampak terhadap ekonomi, baik internasional maupun domestik.
Menurut Rossanto, dampak yang ditimbulkan dari perang Iran-Israel dapat mengganggu supply and demand minyak dunia.
“Iran adalah salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Perang ini memicu terjadinya peningkatan harga minyak karena secara otomatis biaya produksi juga akan meningkat,” kata Rossanto, Minggu (22/6/2025).
Selain itu, letak negara Iran dan Israel yang berada di jalur pelayaran ekspor dunia, memaksa negara-negara lain menempuh jarak lebih jauh, jika perang terus terjadi.
“Dengan jarak yang lebih jauh, lanjut Rossanto, kebutuhan logistik akan semakin mahal sehingga harga jual juga secara otomatis akan meningkat. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok dunia,” tambahnya.
Rossanto mengungkapkan, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak, peningkatan harga ini akan akan berpengaruh terhadap bertambahnya pembiayaan, meskipun angka ekspor ke atimur Tengah cenderung kecil.
“Timur Tengah itu jalur pelayaran ke Eropa, sehingga kalau ada masalah, otomatis biaya logistik ke Eropa semakin mahal. Kalau logistik mahal, otomatis ekspor kita menurun karena importir di Eropa akan mengalihkan ekspor ke negara lain yang lebih murah,” jelasnya.
Adanya kondisi ini, Rossanto menyarankan pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat mengamankan pasar dalam negeri dengan mengurangi impor.
Menurutnya, pemerintah perlu untuk menggunakan instrumen kebijakan fiskal dan moneter dalam mengatasi dampak Perang Iran-Israel.
“Kebijakan moneter kita perlu sedikit ekspansif atau ngegas. Karena inflasi Indonesia sudah terkendali, mungkin Indonesia bisa mulai ngegas dengan menurunkan suku bunga. Akhirnya, investasi bisa meningkat, kredit modal kerja juga meningkat. Masyarakat akan lebih banyak pinjam uang di bank sehingga menggerakkan roda ekonomi,” jelasnya. (kir/saf/ham)