Jumat, 17 Oktober 2025

Hari Santri Surabaya Ajak Instrospeksi dari Tragedi Al Khoziny

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ir. KH. Masduki Toha Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya saat sambutan di pembukaan rangkaian Hari Santri Nasional di Balai Pemuda Kota Surabaya, Jumat (17/10/2025). Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Rangkaian peringatan Hari Santri di Kota Surabaya yang dibuka malam Jumat (17/10/2025), mengajak introspeksi dari tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran Sidoarjo 29 Agustus 2025 lalu.

Ir. KH. Masduki Toha Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya dalam sambutannya menyebut prihatin atas ujian bertubi-tubi yang dihadapi santri, kiai, dan pondok pesantren.

Mulai tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny yang merenggut 63 korban jiwa santri, disusul perundungan pada santri, kiai, hingga pondok pesantren.

“Kita belum selesai berduka dengan 63 syuhada Al-Khoziny yang menjadi korban. Belum bullyan selesai, belum cacian maki selesai, kita dihadapkan hari ini mendekati tanggal 22 Oktober. Tanpa angin, tanpa hujan, tanpa berbuat apa-apa, kiai kita, guru kita, masayikh kita dilecehkan luar biasa,” ujarnya saat membuka rangkaian Hajatan Nusantara peringatan Hari Santri Nasional di Balai Pemuda Surabaya.

Tapi ia mengajak semua santri dan insan pondok pesantren introspeksi atas ujian bertubi-tubi.

“Maka Harapan kami, apapun musibah yang sudah diberikan ini, ujian-ujian ini adalah menjadi bagian intropeksi kami, sebagai bagian muhasabah diri, bagaimana kita untuk kedepannya agar semuanya ini lebih baik,” ungkapnya.

Ia berpesan ke para santri agar mewaspadai ditunggangi provokator saat aksi menyampaikan pendapat.

“Banyak provokator yang akan memanfaatkan ini, saya berharap kepada koordinator-koordinator terutama penanggung jawab. Betul-betul paham ini santri dari mana, santri dari mana. Saya yakin kalau yang demo santri pasti itu berhubungan dengan doa, berhubungan dengan selawat, puji-pujian dan sebagainya,” bebernya.

Ia optimistis, santri bisa menyuarakan suara dengan berpegang teguh pada akhlak yang baik dan demokrasi.

“Dalam qadar-qadar yang masih dalam qadar demokrasi. Dan kami berharap juga sampaikan semuanya ini tuntutan apapun sampai tuntas biar tidak semuanya ke depannya tidak ada yang namanya membully kiai, membully pesantren, membully santri dan sebagainya,” ungkapnya.

Ia juga berharap Hari Santri Nasional kali ini menjadi pengingat, kontribusi santri dalam membangun Republik Indonesia hingga bisa merdeka seperti sekarang.

“Ke depannya bahwa kesulitan warga Nahdatul Ulama bahwa bagaimana peran kita yang namanya mendukung namanya kiai, bagaimana pesantren dan sejarah-sejarah pesantren zaman dulu itu sebenarnya harus digaungkan bahwa republik ini tanpa kiai, tanpa pesantren, tanpa santri tidak akan wujud seperti ini,” ungkapnya lagi.

Menurutnya NU yang tak terlepas dari kehidupan santri, kiai, dan ponpes, mengajak semua pihaj menggaungkan semangat berkontribusi yang terbaik untuk Indonesia.

“Maka saatnya hari ini saya hanya satu berbicara, kita tunjukkan bahwa santri mampu berbuat terbaik untuk kepentingan bangsa negara Republik Indonesia yang kita cintai ini,” tuturnya.

Begitu juga Surabaya, komponen NU harus mengawal kepentingan Kota Surabaya dengan mendukung pemerintah kota (pemkot). (lta/ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Jumat, 17 Oktober 2025
30o
Kurs