Indonesia disebut tengah mengalami krisis tenaga elektromedis, di mana hanya ada lima ribuan orang yang tersedia di bidang tersebut. Padahal, idealnya Indonesia butuh setidaknya 36 ribu lebih orang di bidang tersebut.
Persoalan itu dibahas dalam simposium internasional Ikatan Elektromedis Indonesia yang dihadiri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim), Kamis (11/12/2025) di Surabaya.
Laode Musafin M. Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Kemenkes memaparkan, saat ini terdapat 5.258 tenaga elektromedis yang tersebar di 38 provinsi. Padahal, secara kebutuhan, perlu 36.817 tenaga elektromedis.
“(Dari jumlah itu) 54 persen masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,” ungkapnya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, rumah sakit ditentukan dari kemajuan alat medisnya. Sehingga kebutuhan elektromedis juga neningkat.
“Jadi ini perkembangan yang sangat cepat sekali dan tentunya merupakan tantangan tersendiri teman-teman elektromedis untuk menyesuaikan kompetensinya sesuai dengan kebutuhan zaman tadi,” ungkapnya.
Senada, Prof. Erwin Astha Triyono Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menambahkan bahwa di Jatim saat ini baru ada 711 tenaga elektromedis dari kebutuhan seluruhnya sebanyak 2.000 orang.
“Cuma, ini masih sisi jumlah. Yang kita mau selain jumlah juga distribusi supaya nanti semua kabupaten, kota, rumah sakit bisa menempatkan tim yang canggih-canggih terkait dengan elektromedis,” ungkapnya.
Sementara Agus Komarudin Ketua Umum DPP Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI) pada kesempatan itu juga berkomitmen untuk mendorong produksi tenaga elektromedis baru.
“IKATEMI merupakan lembaga profesi yang dimana itu akan mendorong menjadi tempat untuk dapat produksi tenaga elektromedis,” ungkapnya.
Selain itu ia memastikan siap menjadi bagian dari transformasi perkembangan kesehatan. (lta/bil/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
