Selasa, 18 Maret 2025

Industri Furnitur Ukir Jepara Hadapi Tantangan Besar untuk Melestarikan Warisan Budaya

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Lestari Moerdijat Wakil Ketua MPR RI. Foto: MPR

Industri furnitur ukir Jepara menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi untuk melestarikan seni ukir sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Tantangan tersebut mencakup masalah pelestarian seni, regenerasi perajin, dan pemasaran produk.

Lestari Moerdijat Wakil Ketua MPR RI, dalam diskusi daring yang diadakan pada Rabu (12/3/2025), mengatakan bahwa di masa lalu, furnitur ukir Jepara sangat diminati baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pada era 1980-an, ukiran Jepara bahkan menjadi simbol status, dengan furnitur ukir Jepara menghiasi Istana Negara. Namun, saat ini, jumlah pengukir yang ahli sangat berkurang, dan regenerasi perajin menjadi tantangan besar yang mengancam keberlanjutan industri ini.

“Seiring perkembangan zaman, seni ukir Jepara menghadapi tantangan yang kompleks dalam upaya pelestarian, regenerasi perajin, hingga pemasaran,” kata Lestari.

Hal itu dia sampaikan saat membuka diskusi daring bertema Mengukir Masa Depan: Legenda Ukiran Jepara yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12 bersama Jepara International Furniture and Craft Buyer Weeks 2025, Rabu.

Dalam diskusi yang sama, Reni Yanita Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka dari Kementerian Perindustrian, menyatakan bahwa saat ini produk furnitur ukir Jepara lebih dikelola sebagai industri kerajinan, dengan banyak perajin di sentra kerajinan di seluruh Indonesia.

Namun, pasar global yang dipengaruhi oleh konflik geopolitik berdampak pada penurunan ekspor.

“Harus mampu mencari pasar non-tradisional dan juga memanfaatkan permintaan pasar lokal sebagai salah satu alternatif membuka pasar baru,” ujarnya.

Sementara itu, Neli Yana Direktur Kriya Kementerian Ekonomi Kreatif, menekankan bahwa seni ukir Jepara tidak hanya sekadar keterampilan, tetapi juga warisan budaya yang perlu mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan ciri khasnya.

Dia juga menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pihak untuk meningkatkan daya saing seni ukir Jepara di pasar global.

Hadir juga dalam diskusi tersebut Sutrisno, seorang perajin ukir Jepara. Dia mengungkapkan kesulitan dalam menguatkan seni ukir melalui pendidikan dan insentif karena generasi muda kurang tertarik dengan seni ukir Jepara.

Hadi Priyanto Ketua Umum Yayasan Peluk Jepara, mengungkapkan bahwa seni ukir Jepara sudah dikenal sejak masa lalu dan bagian dari budaya Jepara.

Namun, kurangnya pembelajaran ukir di sekolah membuat generasi muda kehilangan keterampilan ini. Dia menekankan pentingnya pendidikan dan sinergi antara pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan seni ukir di masa depan.

“Lulusan SMK ukir saat ini belum bisa mengukir,” tambah Hadi.

Sedangkan Muhammad Jamhari Ketua Steering Committee JIFBW 2025, mengungkapkan bahwa pameran dan promosi produk ukir Jepara di tingkat global harus terus dilakukan untuk mengikuti perubahan selera konsumen. (ham/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Selasa, 18 Maret 2025
27o
Kurs