
Serangan militer Israel yang menghantam sejumlah titik di Jalur Gaza sejak, Minggu (29/6/2025), kembali membunuh sedikitnya 72 warga Palestina, termasuk penduduk yang tengah mengantre bantuan makanan.
Menurut laporan Al Jazeera, serangan itu menyasar beberapa lokasi di Gaza City dan wilayah utara. Sedikitnya 47 korban tewas tercatat berasal dari daerah Zeitoun, Sabra, dan pasar al-Zawiya di Gaza City.
Moath al-Kahlout, koresponden Al Jazeera di Gaza City, menggambarkan situasi di Rumah Sakit al-Ahli sebagai “katastropik” (bencana).
Banyak korban luka, termasuk anak-anak, tergeletak di lantai karena kekurangan tempat tidur dan pasokan medis. “Fasilitas ini kewalahan, tidak mampu menangani banyaknya korban,” ujarnya.
Ia juga menyebut militer Israel menyebarkan selebaran di wilayah timur Gaza City yang memerintahkan warga untuk pindah ke selatan. “Biasanya setelah selebaran disebar, serangan intens segera menyusul,” tambahnya.
Sedikitnya lima warga Palestina tewas saat mengantre bantuan di pusat distribusi yang dikelola Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di utara Rafah.
GHF sendiri, yang mulai menangani distribusi bantuan sejak akhir Mei lalu dengan dukungan Israel dan AS itu, menuai kontroversi setelah tercatat lebih dari 580 orang tewas dan lebih dari 4.000 lainnya luka karena tembakan tentara Israel di lokasi distribusi.
Media Israel Haaretz bahkan melaporkan, beberapa tentara Israel mengaku menerima perintah untuk menembak ke arah kerumunan pencari bantuan. Geoffrey Nice pengacara hak asasi manusia menyebut insiden tersebut “tidak masuk akal”.
“Aneh melihat lembaga bantuan justru menjadi lokasi pembantaian warga sipil yang seharusnya dilindungi,” ujarnya.
Situasi kemanusiaan kian mengkhawatirkan. Christy Black, perawat asal Australia yang menjadi relawan di Gaza City, mengatakan kekurangan nutrisi menyebabkan bayi dan balita meninggal dunia.
“Kami kekurangan susu formula dan alat bantu makan untuk ibu hamil. Beberapa bayi meninggal dalam dua hari terakhir,” ungkapnya.
Ia juga mencatat peningkatan drastis kasus penyakit pernapasan akibat serangan udara. “Kami melihat anak-anak mencari makanan di tempat sampah. Anak usia 10 tahun terlihat seperti balita karena malnutrisi,” tambahnya.
Trump Desak Gencatan Senjata, Netanyahu Diam
Di tengah krisis itu, Donald Trump Presiden AS menyerukan agar Israel dan Hamas segera mencapai gencatan senjata. “SELESAIKAN GENCATAN SENJATA DI GAZA. BEBASKAN PARA SANDERA!!” tulis Trump di Truth Social.
Trump mengatakan optimis kesepakatan gencatan senjata bisa tercapai dalam waktu satu minggu. Sementara itu, Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel tidak memberikan pernyataan terbuka, namun media melaporkan adanya pembicaraan tertutup untuk menghentikan serangan selama 60 hari.(bil/iss)