Selasa, 24 Juni 2025

Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo Jadi Lokus STBM Award 2025

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Kampung Edukasi Sampah di RT 23 RW 07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo, menjadi lokasi verifikasi lapangan STBM Award 2025 oleh Kemenkes RI sebagai bagian dari penilaian nasional atas pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Sidoarjo pada Senin (23/6/2025). Foto: Istimewa

Kampung Edukasi Sampah yang terletak di RT 23 RW 07, Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo menjadi salah satu lokasi verifikasi lapangan dalam ajang STBM Award 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penilaian nasional terhadap keberhasilan pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Sidoarjo. Tim verifikator nasional hadir langsung ke lokasi pada Senin (23/6/2025).

Berbeda dari program berbasis infrastruktur, Kampung Edukasi Sampah membangun sanitasi dari kesadaran dan perubahan perilaku warga.

Kelima pilar STBM telah diterapkan secara menyeluruh: kepemilikan jamban sehat, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan makanan dan minuman secara higienis, pemilahan dan pengolahan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limbah cair melalui sistem komunal ramah lingkungan.

Semua aktivitas ini digerakkan melalui partisipasi aktif masyarakat, bukan instruksi dari atas. Edukasi dilakukan lewat kegiatan harian, kerja bakti, diskusi warga, hingga keterlibatan lintas usia, dari anak-anak hingga lansia.

Edi Priyanto, pegiat lingkungan setempat, menegaskan bahwa transformasi kampung tidak dilandasi keinginan mengejar penghargaan, tetapi lahir dari kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan.

“Kami ingin membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama dan konsisten,” ujarnya.

Senada dengan itu, Hariyanto, kader lingkungan yang mendampingi tim verifikasi, menyebut bahwa kebersamaan menjadi kunci utama.

“Dulu sulit memulai, tapi setelah warga merasakan manfaatnya, semuanya bergerak. Sekarang memilah sampah dan cuci tangan pakai sabun sudah jadi kebiasaan,” jelasnya.

Perubahan juga dirasakan warga. Yuyun, ibu rumah tangga yang rutin mengikuti kerja bakti, mengaku kini lebih peduli lingkungan.

“Dulu buang sampah di depan rumah itu biasa. Tapi setelah ikut kegiatan kampung, saya belajar memilah dan mengompos. Bahkan air dari IPAL bisa saya pakai siram tanaman. Bangga rasanya,” tuturnya.

Andi Hariyadi Ketua RT 23 menyebut keberhasilan ini sebagai buah dari gotong royong dan kemauan belajar warga.
“STBM di sini bukan cuma program, tapi sudah jadi gaya hidup,” katanya.

Selain menjalankan lima pilar STBM, kampung ini juga aktif mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), melalui pengolahan air limbah dengan IPAL komunal, pembangunan sumur resapan, penggunaan panel surya untuk penerangan jalan, dan optimalisasi bank sampah.

Dengan luas hanya 7.100 meter persegi dan dihuni sekitar 50 kepala keluarga, Kampung Edukasi Sampah telah berkembang menjadi laboratorium terbuka bagi ribuan pengunjung dari pelajar, akademisi, hingga komunitas lingkungan dari berbagai daerah.

Tim verifikator STBM Award 2025 diajak meninjau titik-titik unggulan kampung ini, seperti sarana cuci tangan, komposter aerob dan takakura, instalasi pengolahan limbah cair, bank sampah, serta penerangan jalan tenaga surya yang dikelola secara kolektif.

STBM Award merupakan penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI bagi wilayah yang berhasil menerapkan lima pilar STBM secara menyeluruh, berkelanjutan, dan berbasis partisipasi masyarakat.

“Kami berharap semangat di kampung ini bisa menginspirasi daerah lain untuk membangun lingkungan yang sehat dengan cara yang sederhana namun bermakna,” tutup Edi. (saf/ipg)

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Selasa, 24 Juni 2025
25o
Kurs