
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelontorkan dana sebesar Rp30 miliar untuk penguatan riset daerah melalui Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa).
Pendanaan tersebut, dialokasikan untuk mendorong aktivitas kolaboratif perguruan tinggi bersama masyarakat, dengan total 118 proposal yang didanai melibatkan 118 tim pelaksana dari 75 perguruan tinggi pelaksana dan 46 perguruan tinggi pendamping, serta tersebar di 63 Kabupaten/Kota dari 24 Provinsi di Indonesia.
“Kunci dari Kosabangsa adalah kolaborasi antara Universitas. Ada Universitas yang membawa program ini lebih jauh secara teknologi, dan ada universitas yang memastikan hasilnya berkelanjutan secara waktu,” kata Fauzan Adziman Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek saat dilansir dari Antara, pada Jumat (22/8/2025).
Program Kosabangsa, kata dia, merupakan penyampaian inovasi teknologi kepada masyarakat serta memastikan adanya dampak nyata yang mendorong perubahan positif, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Kita ingin ada keberlanjutan sekaligus ekspansi. Universitas yang mendampingi dan didampingi berjalan bersama,” ucapnya.
Salah satu contoh implementasi, lanjut dia, yakni program Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT) untuk penurunan risiko stunting di bawah koordinasi Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Program tersebut, menyasar berbagai aspek, mulai dari pangan, kesehatan, budaya, hingga keberlanjutan lingkungan.
“Pendekatan yang dilakukan bukan lagi parsial, melainkan terintegrasi. Ini yang akan kita dorong di berbagai daerah,” katanya.
I Ketut Adnyana Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemdiktisaintek menambahkan, salah satu fokus utama Kosabangsa, yakni penanggulangan stunting dan kemiskinan ekstrem.
Kedua isu prioritas nasional tersebut, menurutnya erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan di berbagai daerah.
“Harapan kami, dalam satu dua tahun ke depan, program ini bisa berjalan mandiri. Perguruan tinggi harus menjadi motor penggerak inovasi daerah,” ujarnya.
Seperti diketahui, pelaksanaan program Kosabangsa difokuskan di wilayah tertinggal, prioritas kemiskinan ekstrem, serta daerah rawan bencana.
Kabupaten/Kota mitra sasaran meliputi hingga kawasan kepulauan, seperti Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dan Kabupaten Raja Ampat.
Bidang fokus Program Kosabangsa mencakup ekonomi kreatif, ekonomi hijau, ekonomi biru, energi, kesehatan, dan swasembada pangan.(ant/ris/iss)