
Kondisi lalu lintas dan mobilitas jemaah haji di Mina pada puncak ibadah haji 2025 kemarin menuai sorotan. Banyak jemaah terlantar karena kepadatan lalu lintas, mengakibatkan bus terlambat menjemput.
Mohammad As’adul Anam Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Kabid PHU) Kanwil Kementerian Agama Jatim menyampaikan kemacetan parah itu diperparah ketidaksiapan sopir bus yang akhirnya menyebabkan banyak jemaah terlunta-lunta di jalan.
“Banyak supir-supir yang menjadi petugas dari masing-masing perusahaan otobis itu, mereka tidak faham dengan kondisi Mina. Bahkan ada beberapa jemaah yang sampai tiga kali muter-muter saja. Jadi muter dari Mina ke Muzdalifah, Mina ke Muzdalifah, Mina ke Muzdalifah sampai tiga kali. Dan itu banyak. Masya Allah. Itulah yang jadi problem,” ujar Anam dihubungi Radio Suara Surabaya, saat berada di sektor Misfalah, Senin (9/6/2025) siang WIB.
Selain itu, menurutnya persoalan utama terjadi karena perubahan sistem penandaan lokasi jemaah yang awalnya model maktab bernomor, berubah menjadi model berbasis alamat syarikah.
“Nah ini yang mereka belum faham. Belum familiar seperti itu. Lebih bagus kalau per nomor. Karena yang dulu itu semuanya kan ada nomor-nomornya. Tidak kacau karena di denah juga gampang,” jelasnya.
Anam menambahkan, sistem syarikah yang belum dipahami oleh sopir maupun pengatur lalu lintas itulah yang kemudian menyebabkan kebingungan besar. Akibatnya, banyak bus tersesat atau salah jalur, bahkan tidak tahu di mana harus menurunkan jemaah.
“Di Mina pun mereka enggak tahu di mana ini jemaah harus saya turunkan,” ungkapnya.
Kabid PHU Kemenag Jatim itu juga mengungkapkan, dirinya sempat mengambil jalur kanan saat keluar dari Muzdalifah, dan bisa tiba di Mina lebih cepat dibandingkan bus lainnya.
“Kami datang lebih dulu dibandingkan dengan bus yang lain, kenapa? Karena mereka macet dan memilih jalur sebelah kiri. Saya jalur sebelah kanan sehingga bisa mendahului. Jam 11 kurang seperempat saya sudah sampai Mina, sementara bus yang lain ada sampai tiga jam berikutnya, empat jam berikutnya baru bisa masuk Mina,” tuturnya.
Saat ditanya apakah kepadatan disebabkan banyaknya jemaah yang berjalan kaki, Anam lantas membantah. “Enggak. Justru yang jalan kaki ini lancar, enggak masalah. Tapi yang naik bus ini karena busnya ini jalan lagi macet,” tegasnya.
Menurut Anam, selain faktor ketidaktahuan sopir dan perubahan sistem penandaan, kepadatan jalan dan pengaturan lalu lintas juga menjadi faktor utama lambatnya distribusi jamaah.
Hingga hari nafar tsani (13 Zulhijah), jamaah yang berada di Mina sebagian besar telah kembali ke Mekkah, terutama yang memilih mengambil nafar awal. Namun demikian, ia mengingatkan pentingnya istirahat dan pemulihan kesehatan setelah melalui fase berat di Mina. (bil/iss)