
Cerita-cerita santri yang selamat dan gugur masih mewarnai hingga hari kedelapan pencarian korban tragedi runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Senin (6/10/2025).
Maulana Alfan Ibrahimovic (13 tahun) dan Muhammad Reza Syfai Akbar (15 tahun) termasuk dalam santri gugur saat salat asar pada Senin (29/9/2025) sore itu, karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Juliana, bibi kedua korban, bercerita panjang lebar berdasarkan keterangan Kevin anaknya sekaligus santri yang juga korban tapi berhasil selamat hanya menderita luka lecet.
Sesaat usai kejadian runtuhnya musala, Kevin juga terjebak, tapi ia berhasil menemukan celah jalan keluar.
“Ketika keluar dari lubang, ia dipanggil temannya disuruh angkat ini, menolong adiknya itu, langsung ia (Kevin) lari masuk lagi,” kata Juliana ketika ditemui di rumah duka kawasan Kalianyar, Surabaya pada Senin (6/10/2025).
Begitu berhasil, Kevin masuk lagi ke dalam reruntuhan untuk mencari Ibrahim, adik sepupunya yang akrab dipanggil Baim.
Baim masih sadar, dan memanggil namanya terakhir kali, tapi meninggal dipelukannya saat akan dilarikan ke RSI Siti Hajar.
“Baim sadar ketika digendong Kevin. Baim masih bilang ‘Mas’, tapi dengan suaranya itu agak lirih. Sebab mungkin tidak bisa napas,” ungkap Juliana.
Kevin lalu kembali ke dalam reruntuhan untuk mencari Reza, sepupunya. Namun sebelum sempat menemukan Reza, Kevin sudah diamankan oleh tim search and rescue (SAR) bersama dengan korban selamat lainnya. Ia juga diminta tidak mendekati lokasi reruntuhan karena berbahaya.
Menurut temannya, Reza selamat tapi tak mau diajak keluar sebelum menyelamatkan Rendra dan Rizal, sahabatnya.
“Dia (Reza) itu sebenarnya sudah aman, bisa keluar. Cuma ia itu masih menolong temannya yang lain untuk keluar. Kata temannya yang ditolong itu bilang, sempat Reza disuruh keluar, Cuma (dia bilang) masih nunggu Mas Rendra sama Mas Rizal,” jelasnya lagi.
Mulai saat itu, tak ada kabar lagi soal keberadaan Reza. Sejak hari keempat pencarian Kamis (2/10/2025) dipastikan semua korban yang masih tertimbun meninggal dunia.
Tragedi kemarin menyisakan pilu bagi keluarga Juliana, yang juga alumni bersama dengan saudara lainnya.
Tapi, ia mengaku akan tetap mengembalikan Kevin, anaknya, untuk menuntaskan pendidikan di Ponpes Al Khoziny.
“Dua anak saya ada di sana. Pondok putri dan pondok putra. Ya, mudah-mudahan cepat diselesaikan, (sehingga) anak saya cepat kembali,” ungkapnya.
Menurutnya, alasan kuat putra-putrinya harus melanjutkan pendidikan di sana karena nilai baik yang ditanamkan oleh pengajar. Selain itu, setiap santri maupun santriwati diajarkan nilai persaudaraan antarsesama.
“Antarteman, saling tolong menolong,” ungkapnya.
Keluarga juga menerima dengan ikhlas atas kepergian korban yang meninggal tertimpa reruntuhan musala Ponpes Al Khoziny.
“Pertama kali syok lihat anak seperti itu. Tapi akhirnya alhamdulillah menerima ikhlas dan rida. Alhamdulillah ia meninggal dalam keadaan sudah berwudu, dalam keadaan salat. Mengerjakan salat di waktu sujud. Doakan saja mudah-mudahan kami diberikan kesabaran,” tandasnya. (lta/saf/ipg)