Senin, 10 November 2025

Khofifah Sebut Tiga Pahlawan Nasional jadi Teladan Keberanian dan Kemanusiaan dari Jatim

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Marsini kakak Marsinah (kebaya merah) dan Wijiati adik Marsinah (kebaya hitam) menghadiri acara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, Senin (10/11/2025), di Istana Negara, Jakarta. Foto: Farid suarasurabaya.net

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengutarakan rasa syukur mendalam atas gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh besar asal Jatim yang baru dikukuhkan Prabowo Subianto Presiden di Istana Negara Jakarta, Senin (10/11/2025).

Ketiga tokoh besar tersebut adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur Presiden ke-4 RI, Syaikhona Muhammad Kholil ulama besar dari Bangkalan, dan Marsinah tokoh buruh yang telah menorehkan jejak luar biasa dalam sejarah bangsa Indonesia.

Gubernur Jatim itu menyebut penetapan ketiga tokoh besar tersebut sebagai pahlawan bukan hanya bentuk penghormatan negara, namun juga pengakuan atas keberanian moral dan ketulusan perjuangan mereka dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebangsaan.

“Atas nama masyarakat Jawa Timur, kami menyampaikan rasa syukur dan penghargaan yang setinggi-tingginya,” ujar Khofifah dalam keterangannya.

Merujuk pada aturan pemberian gelar pahlawan UU No. 20/2009 hingga PP No. 35/2010, dan Peraturan Mensos 15/2012 mengenai prosedur usulan gelar pahlawan nasional disebutkan bahwa setiap orang maupun institusi dapat mengajukan usul pemberian gelar calon pahlawan nasional.

Usulan ini dibuat dari daerah hingga kementerian. Terdapat tim yang mengevaluasi dan memilih nama-nama yang diusulkan, dari tingkat daerah hingga pusat.

Khofifah mengatakan, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal sebagai sosok humanis, pluralis, dan pejuang demokrasi yang konsisten memperjuangkan kemanusiaan lintas batas agama, suku, dan golongan.

Sebagai Presiden ke-4 dan tokoh Nahdlatul Ulama, Gus Dur telah mengukir sejarah sebagai pemimpin yang memperjuangkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan penghormatan terhadap keberagaman.

“Beliau pahlawan yang memperjuangkan kemanusiaan universal, bahwa setiap manusia, siapa pun dia, berhak mendapatkan penghormatan yang sama di mata Tuhan dan negara,” kata Khofifah.

Sementara itu, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, merupakan ulama kharismatik asal Madura yang dikenal sebagai guru para kiai besar pendiri pesantren di Nusantara, termasuk KH. Muhammad Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama.

Dikenal luas karena kedalaman ilmu agama dan kebijaksanaan spiritualnya, Syaikhona Kholil berperan besar dalam membangun tradisi keilmuan Islam Nusantara serta menanamkan semangat cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

Dalam masa penjajahan, beliau menjadi penggerak kesadaran nasional dan spiritual di kalangan santri serta jaringan ulama, menanamkan gagasan bahwa perjuangan melawan penjajah adalah bagian dari jihad fi sabilillah.

“Syaikhona Kholil adalah sumber cahaya spiritual dan intelektual dari Madura yang menerangi bangsa. Dari tangannya lahir para ulama besar yang melahirkan gerakan kebangsaan dan keislaman moderat. Beliau pantas disebut pahlawan, karena jasanya bukan hanya bagi umat, tetapi bagi keutuhan Indonesia,” ungkap Khofifah.

Sementara itu, Marsinah, buruh perempuan asal Nganjuk yang wafat tragis pada tahun 1993, menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan pelanggaran hak-hak pekerja.

Marsinah berjuang untuk kesejahteraan buruh dan keberanian bersuara melawan penindasan, menjadikannya ikon pergerakan perempuan dan pekerja di Indonesia.

“Marsinah adalah cerminan semangat perempuan Jawa Timur yang teguh, berani, dan tulus memperjuangkan kebenaran. Ia mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan untuk keadilan sosial tidak selalu dengan jabatan tinggi, tapi dengan keberanian dan keteguhan hati,” ujar Khofifah.

Khofifah menegaskan bahwa penetapan tiga tokoh asal Jawa Timur menjadi Pahlawan Nasional ini menjadi momentum penting untuk menyemai kembali nilai-nilai perjuangan dan kemanusiaan di kalangan generasi muda.

“Semoga semangat Gus Dur, Syaikhona Kholil, dan Marsinah menginspirasi generasi penerus untuk terus bergerak, melanjutkan perjuangan dengan cara-cara damai, bermartabat, dan berkeadilan,” tandasnya. (wld/saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 10 November 2025
24o
Kurs