
Nama Taufik dulu dikenal di jalanan Surabaya, bukan sebagai orang biasa, tapi sebagai seorang pencuri motor. Dulu, ia tak pernah ragu untuk membobol motor pada siang hari, ketika orang-orang lainnya sedang sibuk dengan rutinitas mereka.
“Saya sudah mencuri lebih dari 20 motor,” aku Taufik ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Sabtu (3/5/2025) pagi.
Taufik bercerita, dulu ia bekerja di sebuah diskotek. Ia mencuri motor guna mendapatkan uang yang nantinya dipakai untuk mendekati wanita.
“Semua itu saya lakukan karena butuh uang, dan juga karena ingin hidup enak. Saya ingin cewek-cewek itu tertarik pada saya, dan saya pikir kalau enggak punya duit, mereka tidak akan peduli,” imbuhnya.
Mencuri motor dipilih lantaran proses yang disebutnya sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik, ia bisa membobol sebuah motor
Taufik mengaku belajar dari temannya yang sudah lama terjun ke dunia pencurian kendaraan bermotor (curanmor).
“Kemudian saya pesan kunci khusus, yang bisa merusak magnet di lubang kunci motor. Itu kuncinya bisa dibobol,” katanya
Taufik juga menggunakan jaringan penadah yang tak biasa. Mereka bukan hanya orang yang ia kenal di jalanan, tapi juga mereka yang ditemukan lewat media sosial.
“Untuk satu motor matik, saya jual dengan harga Rp2,5 juta,” ungkapnya.
Hidup Taufik tak pernah jauh dari kejaran polisi. Taufik mengaku sering ditangkap polisi. Bahkan, ia juga pernah dimassa oleh warga.
“Saya sudah ditangkap hampir tujuh kali, bahkan sempat ditembak di kaki kanan saya. Polisi bilang, kalau saya berbuat lagi, saya akan ditembak mati,” akunya.
Kehidupan Taufik berubah drastis ketika ia menyadari dampak dari perbuatannya. Demi cewek-cewek itu, Taufik bahkan rela menjual rumah milik orang tuanya.
Selain itu, kehidupan pribadinya pun berantakan. Ia pernah dua kali menikah, namun kandas di tengah jalan karena Taufik dipenjara.
“Tapi ketika saya melihat anak saya, semuanya berubah,” terangnya.
Hidup sebagai pencuri motor yang penuh adrenalin kini terasa hampa. Ia bahkan sempat merasakan mati suri. Dalam momen itu, Taufik mendapatkan nasihat dari seorang ustaz.
“Saya diingatkan untuk berhenti. Sebab semua perbuatan pasti punya akibat,” terangnya.
Nasihat itu menyentuh hatinya. Ia pun mulai menata hidupnya kembali. Taufik kini bekerja sebagai driver. Meskipun hidupnya tidak segemerlap, ia merasa lebih damai.
“Sekarang saya cari rezeki yang halal,” katanya dengan suara yang lebih tenang. (saf/iss)