
Mengubah kebiasaan masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama.
Salah satu cara yang diambil oleh Komunitas Sungai Watch adalah dengan melakukan brainstorming pada siswa SD hingga SMA.
Menurut Yudi Susanto Head Operation Java Region Sungai Watch, memberikan edukasi kepada anak-anak dinilai lebih mudah.
Juga, edukasi mengenai pembuangan sampah akan lebih diingat.
“Karena anak-anak ini kan masih fresh. Kalau mendapat pengetahuan baru, biasanya akan langsung diterapkan. Tentu beda dengan memberikan edukasi pada orang tua,” terangnya, Senin (28/7/2025).
Yudi mengatakan, sejak 2024 lalu, Komunitas Sungai Watch mulai menerapkan program edukasi ini di seluruh wilayahnya yang ada di Jawa Timur dan Bali.
Biasanya, lanjut Yudi, selain praktik membiasakan buang sampah ke tempatnya, mereka juga memberikan gambaran pada para siswa mengenai dampak-dampak yang terjadi.
“Kami ubah pola pikir mereka dengan harapan bisa menularkan hal-hal itu di masyarakat. Dalam lingkup paling kecil adalah keluarganya sendiri,” tambahnya.
Sementara untuk level yang lebih senior, Komunitas Sungai Watch secara aktif menggandeng beberapa universitas untuk ikut menularkan kebiasaan membuang sampah yang benar.
“Biasanya kami ikut dalam agenda KKN teman-teman kampus untuk memberikan edukasi pada warga,” tuturnya.
Sebelumnya, Komunitas Sungai Watch melihat kebiasaan membuang sampah di sungai masih menjadi permasalahan yang harus diselesaikan bersama.
Menurut catatan mereka, selama lima tahun terakhir, sebanyak 3,7 juta kilo sampah berhasil diangkut di sebelas station Sungai Watch yang tersebar di Jatim dan Bali.
“Kalau kita lihat, artinya masyarakat ini punya karakter yang sama meski tidak semua. Jalan keluar yang bisa kami tawarkan adalah tetap tidak berhenti memberikan edukasi,” tutupnya. (kir/saf/ipg)