
Korban tewas bencana banjir bandang dan longsor akibat hujan deras di Pakistan terus meningkat hingga menjadi 351 orang, berdasarkan laporan otoritas setempat.
Melansir Antara, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa mencatatkan korban jiwa tertinggi sebanyak 328 orang, sementara 12 orang tewas di Gilgit-Baltistan dan 11 lainnya meninggal di Azad Jammu dan Kashmir.
Otoritas Pakistan mengkhawatirkan peningkatan jumlah korban tewas di tengah operasi penyelamatan di daerah-daerah yang terdampak paling parah. Rumah-rumah, pertokoan, dan infrastruktur dilaporkan mengalami kerusakan akibat bencana.
Sementara, pemerintah Provinsi Khyber Pakhtunkhwa menyatakan keadaan darurat di semua wilayah yang terdampak banjir di tengah berlanjutnya operasi pencarian korban hilang dan meningkatnya jumlah korban tewas.
Otoritas penanganan bencana provinsi tersebut melaporkan sembilan wilayah yang terdampak banjir yaitu Swat, Battagram, Bajaur, Buner, Dir Lower, Dir Upper, Mansehra, Torghar dan Shangla.
Sejauh ini, 209 orang dilaporkan tewas di Buner, di samping 134 korban yang hilang dan 159 cedera. Operasi penyelamatan di wilayah tersebut dilakukan oleh tiga batalyon angkatan darat beserta 300 relawan pertahanan sipil.
Otoritas setempat turut menyediakan pangan, tenda-tenda, dan selimut bagi korban di pengungsian. Para pejabat wilayah melapor bahwa sudah lebih dari 3.500 orang diselamatkan.
Pakhtunkhwa Ali Amin Gadaput Kepala daerah Khyber telah mengunjungi zona terdampak bencana di Buner dan kemudian memimpin rapat penanganan bencana.
Ia pun memuji kinerja semua badan yang terlibat dan memberi jaminan bahwa pemerintah tidak akan meluputkan satu orang pun dalam rehabilitasi para korban.
Khyber Pakhtunkhwa mengumumkan masa berkabung, pada Sabtu (16/8/2025), kemarin sebagai tanda belasungkawa atas jatuhnya korban banjir bandang dan longsor di provinsi Pakistan itu.
Otoritas penanganan bencana nasional Pakistan juga telah memberi peringatan bahwa hujan monsun kemungkinan masih akan terjadi hingga 10 September.
Hujan monsun yang biasanya terjadi pada Juni hingga September setiap tahunnya seringkali menyebabkan kerusakan di Asia Selatan, termasuk Pakistan.
Namun, perubahan iklim telah meningkatkan intensitas hujan monsun dan membuatnya semakin tak bisa diprediksi dalam beberapa tahun terakhir.(ant/dis/bil/iss)