Senin, 27 Oktober 2025

Marak Masyarakat Lapor SS Motornya Brebet Usai Isi Pertalite, Begini Penjelasan Pertamina

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina. Foto: Antara

Belakangan ramai masyarakat mengeluhkan laju kendaraannya mendadak brebet (tersendat), bahkan mogok hingga harus dibawa ke bengkel usai mengisi BBM jenis Pertalite di beberapa wilayah Jawa Timur (Jatim).

Dari pemberitaan yang beredar, fenomena itu terjadi mulai di Bojonegoro, Tuba, Lamongan, dan Mojokerto. Bahkan yang terbaru banyak masyarakat sekaligus pendengar Radio Suara Surabaya  (SS) juga turut melaporkan kalau kendaraannya mengalami hal serupa, pada Senin (27/10/2025).

Tim Gate Keeper Suara Surabaya mencatat, sejak Minggu (26/10/2025) malam, hingga berita ini ditayangkan, setidaknya ada 38 laporan telepon dari pendengar, baik yang mengudara maupun tidak, mengeluhkan fenomena motor brebet hingga mati nyala, usai mengisi Pertalite dalam kurun waktu tiga hari terakhir.

“Barusan beli BBM jenis Pertalite di SPBU Gunung Sari (dekat pasar ikan), sampainya di Jembatan Gunung Sari motor jadi brebet dan mati,” lapor Dedik Setyawan salah satu pendengar SS.

Sementara Dicky Abdulloh pendengar SS lainnya menambahkan, motor Vario-nya juga brebet usai mengisi BBM Pertalite di  SPBU Bunder Gresik pada, Sabtu (25/10/2025) lalu. Akhirnya, keesokan harinya, Minggu (26/10/2025), motornya masuk bengkel.

“Saya kira motor saya yang rusak, disuruh ganti busi, habis ganti sempat bagus. Terus waktu saya pakai jalan, malah makin parah. Bahkan sempat mati motor saya. Akhirnya saya pakai Pertamax, dan setelah ganti bisa jalan lagi dan normal. Tapi ini masih ada brebetnya sedikit,” ucap Dicky.

Sementara laporan yang masuk dari lewat WhatsApp Suara Surabaya Media, Mulai minggu hingga Senin siang pukul 12.45 WIB, tercatat setidaknya ada 54 Kawan SS yang melaporkan, baik yang kendaraannya mengalami hal serupa, maupun tidak.

“Izin melaporkan kejadian kendaraan saya berjenis Yamaha mio S mogok pascapengisian BBM berjenis Pertalite pada minggu 26 Oktober 2025, bahkan untuk kendaraan saya berjenis Honda Revo juga mengalami kendala mberbet, tersendat dan hilang daya pascapengisian BBM berjenis Pertalite selama satu minggu kemarin, mohon bantuannya untuk tindak lanjut ke dinas terkait seperti Pertamina, Disperindag, YLKI mengingat sudah banyak korban sejenis,” tulis  Fery Mardiansyah kepada Suara Surabaya.

“Pas hari Sabtu (25/10/2025), saya ngisi Pertalite di Pom Diponegoro, nyampek depan Pasar Turi, motor brebbet lalu mati, saya coba hidupin lagi tpi agak lama akhirnya bisa juga,” tambah Imam Muslim Kawan SS lainnya.

Menanggapi berbagai keluhan ini, Ahad Rahedi Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus saat dikonfirmasi mengatakan pihaknya tengah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel bahan bakar Pertalite, menyusul keluhan tersebut.

“Iya, kami juga dengar dari siaran SS tadi mulai jam 10.00 WIB. Kebetulan juga kami monitor siarannya SS. Memang ada informasi yang mulai marak soal keluhan pelanggan yang menyampaikan bahwa kendaraannya performanya menurun pasca pengisian BBM,” ujarnya.

Ahad menyebut, tim dari Pertamina langsung turun ke lapangan untuk mengecek kondisi di beberapa SPBU yang dilaporkan masyarakat. Sejumlah titik disebut berada di wilayah Bojonegoro dan Lamongan.

“Memang ada beberapa informasi yang kami terima dari lapangan. Di Bojonegoro ada, di Lamongan juga ada. Tapi itu kita sambil cek apakah pengiriman bersimpul dari terminal yang sama atau beda terminal,” jelasnya.

Menurut Ahad, proses pengecekan produk dilakukan mulai dari sampel BBM di SPBU, hingga pengujian laboratorium di kilang Pertamina yang berada di luar Jatim. Dia mengatakan pengecekan dilakukan mulai hari ini, dan akan dilaporkan hasilnya dalam waktu dekat.

“Karena pengecekan tidak bisa dilakukan di hari libur ya, Sabtu-Minggu. Jadi mungkin dalam waktu dekat akan kami sampaikan hasilnya. Ini masih berlangsung pengetesan di laboratorium yang memang itu tidak berada di Jawa Timur. Harus kami kirimkan dulu ke salah satu kilang Pertamina yang bisa melakukan uji sampel sampai detail ke parameter-parameter yang diperlukan,” katanya.

Ia menambahkan, estimasi hasil pemeriksaan bisa diketahui dalam waktu lima hingga sepuluh hari kerja. Ini dikarenakan pengecekan harus detail, dan sarana yang dimiliki untuk pengecekan tersebut ada di Jawa Barat.

“Untuk pengecekan sampai di detail memang sarana yang kita punya harus kita kirim juga ke luar kota, di Jawa Barat ada kilang Pertamina yang bisa menguji untuk produk yang diduga memang itu sumber kendala masyarakat,” ungkap Ahad.

Ahad juga menjelaskan, untuk wilayah Jatim sendiri distribusinya dilayani oleh enam terminal bahan bakar. Untuk Surabaya Raya, instalasinya dilayani di Terminal Perak.

“Kemudian kalau wilayah sekitar Tuban, Bojonegoro dilayani Terminal Tuban. Selain itu, di wilayah Jatim sendiri ada fuel terminal lagi di Madiun, Malang, dan Banyuwangi, jadi melayani di wilayah masing-masing,” bebernya.

Dia mengatakan, mana saja Terminal yang dicek, menyesuaikan berdasar laporan yang masuk. Betul (berdasarkan laporan yang dicek), karena pengiriman menggunakan dengan kapal tanker pun berbeda-beda sumbernya. Bisa dari Kalimantan, Sumatera, pengiriman kapal tanker itu,” bebernya.

Sementara itu, ia juga memastikan bahwa seluruh SPBU tetap melakukan pengecekan kualitas produk setiap hari sebelum beroperasi. Kata Ahad, pihaknya harus memastikan bahwa BBM sesuai dengan spesifikasi, baik temperatur, bau produk, hingga ada indikasi tercampur air atau tidak.

Demikian mengenai isu penambahan etanol dan perubahan oktan yang sempat beredar, Ahad menegaskan bahwa Pertalite tidak memiliki kandungan etanol.

“Kalau untuk produk dengan etanol kita selain produk Pertamax Green ya, Pertamax 95 belum ada produk lain yang dicampur dengan etanol. Jadi di luar RON 95 enggak ada,” tegasnya.

Ahad memastikan, jika nanti hasil pengujian menemukan ada indikasi kerusakan akibat produk yang bermasalah, maka mekanisme kompensasi akan dibuka kepada para pelanggan.

“Kalau memang setelah pengujian sampel produk dan lain-lain ada kerusakan yang timbul ke arah produk, tentunya akan ada kompensasi. Tapi setelah pengujian tadi selesai nanti bisa ada mekanismenya apakah ada bengkel yang ditunjuk untuk masyarakat,” pungkasnya. (bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Senin, 27 Oktober 2025
30o
Kurs