
Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) meminta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki kurikulum adaptif yang mengimbangi orientasi kebutuhan pasar.
Mu’ti mengatakan, SMK menjadi satuan pendidikan yang berhubungan erat dengan dunia industri sehingga lulusan SMK diharapkan bisa menjadi sosok yang siap untuk masuk ke dunia kerja ataupun berwirausaha.
“Bagaimana market (pasar) itu berubah juga harus diimbangi dengan bagaimana kurikulum kita juga memiliki kurikulum yang adaptif,” ujar Mu’ti dilansir dari Antara, Senin (28/4/2026).
Hal tersebut, lanjutnya, jelas menjadi tantangan besar bagi SMK sehingga seluruh program keahlian di SMK ke depan harus bisa berorientasi pada pasar, yang diimbangi dengan kurikulum yang bersifat adaptif.
Mu’ti pun mengatakan, kurikulum adaptif di SMK merupakan respons atas dinamisnya perubahan pasar dan disrupsi teknologi digital di bidang pemasaran.
“Kurikulum SMK ini kan bisa buka-tutup. Tidak boleh ada kurikulum yang abadi, yang itu saja. Karena apa? Pasar itu berubah sangat cepat,” katanya.
Untuk mengimbangi dinamisnya perkembangan pasar, Kemendikdasmen lantas meluncurkan Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan marketing murid SMK.
Melalui program tersebut, Mu’ti meminta murid tidak hanya dilatih tentang materi atau teori cara menyampaikan produk dengan baik, tetapi juga harus paham perubahan pasar.
“Dengan mungkin studi-studi dasar mengenai social behavior ya, perubahan perilaku masyarakat. Karena masyarakat sekarang itu kan ingin semuanya naik kelas gitu, sehingga tidak meragukan,” ujarnya.
Mu’ti berharap murid-murid SMK ke depan bisa memiliki kesempatan memperoleh pendidikan bermutu yang mengantarkan mereka pada pekerjaan hingga kesejahteraan ekonomi.
Dengan begitu, perubahan kurikulum mendukung SMK agar tidak lagi menjadi penyumbang pengangguran. (ant/bel/saf/ipg)