Minggu, 21 Desember 2025
Hari Bhayangkara 2025

Menghidupkan Harapan: Dedikasi Ipda Purnomo Merawat yang Tersisih

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ipda Purnomo "Polisi Baik" ketika menjadi bintang tamu dalam Podcast Lantai 2 Suara Surabaya Media. Foto: Grafis suarasurabaya.net

Bagi banyak orang, tugas polisi hanya perihal penegakan hukum. Namun untuk Ipda Purnomo, polisi asal Kabupaten Lamongan yang dikenal sebagai “Polisi Baik”, pengabdian tersebut bermakna membawa pulang, memberi makan, menghidupi, sekaligus mengembalikan harapan bagi mereka yang tersisih.

Selama hampir satu dekade Ipda Purnomo dan Lilik Ika Wahyuni istrinya, merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tanpa mengenal lelah. Awalnya Ipda Purnomo dan Lilik melakukannya hanya karena ingin membantu sesama. Namun, yang tak disangka, keduanya terlibat dalam penanganan ODGJ hingga mengubah hidup mereka sekeluarga.

Lilik bercerita, pada suatu hari, tanpa perencanaan, Ipda Purnomo pulang dari dinas dengan membawa dua ODGJ. “Tiba-tiba, Pak Purnomo pulang dan membawa dua orang dengan kondisi yang sangat kacau. Satu rumah langsung kalang kabut. Saya bingung, karena kami tidak tahu bagaimana cara menangani ODGJ,” kenang Lilik kepada Radio Suara Surabaya.

Ipda Purnomo menambahkan, pada saat itu ia menemukan laki-laki dan perempuan ODGJ yang tak mengenakan busana sehelai pun. Lantaran tidak tega melihat kondisi kedua ODGJ itu, ia berinisiatif membawanya ke rumah. “Saya temukan saat sore dan petang. Setelah saya bawa ke rumah, saya tinggal dinas malam. Ternyata mereka di rumah teriak-teriak,” kenang Purnomo.

Lilik bercerita, kala itu dia hanya bisa memberi makan dan memandikan dua orang ODGJ yang dibawa pulang oleh suaminya itu. Lilik mengaku kesulitan untuk berkomunikasi. Sebab ini pengalaman pertamanya menangani ODGJ.

Meski awalnya merasa bingung, pasangan ini semakin merasa terpanggil untuk merawat ODGJ yang mereka temui. Apalagi ada satu titik yang membuat mereka puas sekaligus bersyukur. “Kami bersemangat membantu mereka bertemu dengan keluarga. Itu yang membuat kami terus berjuang,” kata Lilik.

Meski awalnya sangat awam, Purnomo menjelaskan bahwa pemanfaatan media sosial efektif untuk menemukan keluarga dari pasien yang mereka rawat. Ia menemukan rasa yang luar biasa ketika pasiennya bisa bersatu kembali dengan keluarga.

“Beberapa keluarga pasien datang dan berterima kasih secara langsung. Mereka mengucapkan hal-hal yang menyentuh hati saya. Sebagai manusia biasa, itu membuat saya menangis. Kami tidak mencari pujian, hanya berharap ridha Tuhan,” ujar Purnomo penuh haru.

Lilik menambahkan bahwa proses ini membawa banyak pelajaran hidup. Dia menyebut fase ini sebagai berkah untuk keluarga. Sehingga dia akan menjalaninya dengan ikhlas. “Memang banyak suka dan dukanya, tetapi saya belajar untuk menikmatinya. Saya pernah merasa berontak, tapi setiap kali ODGJ bertemu keluarganya, hati kami merasa sangat senang,” kata Lilik.

Selain merawat ODJG dan mereka yang terpinggirkan, Ipda Purnomo si “Polisi Baik” juga menginisiasi kampung bebas rentenir, pinjaman online (pinjol), dan riba di Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Purnomo bercerita, awalnya ia tergerak karena melihat banyak rentenir yang menagih utang ke para para penjual di pasar, bahkan sejak jam 03.00 dini hari. Untuk mengatasi masalah ini, Purnomo membuat program sedekah. Ia mencari mereka yang berutang ke rentenir untuk dibantu Rp500 ribu per orang. Total ada 30 orang yang menerima bantuan kala itu.

Hanya saja gagasan ini hanya berjalan empat bulan saja. Sebab uang yang diberikan dimaksimalkan untuk kebutuhan makan harian. Sebagai pengganti, Punomo membuat sentra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan tersebut. Spiritnya masih sama: membuat masyarakat bebas riba, rentenir, dan pinjol.

Kali ini Purnomo menjaring 30 UMKM. Proses seleksinya lebih ketat. Pertama, mereka harus benar-benar membutuhkan. Kedua, Purnomo memilih orang yang sebelumnya berjualan, namun terhenti karena kehabisan modal. “Kami berikan modalnya dan kami latih untuk berjualan. Saya juga mengajak teman-teman untuk menjadi donatur. Setiap dua minggu kami serahkan ke ibu-ibu UMKM untuk menjadi modal,” terang Purnomo.

Purnomo bercerita, setiap dagangan yang dijajakan itu akan dibeli. Per orang Rp500 ribu. Kemudian makanan yang telah dibeli itu dibagikan ke orang lain. Setelah UMKM tersebut punya modal, mereka mulai mengembangkan usahanya sendiri sendiri.

“Kami pastikan mereka memiliki pemasukan di mana modalnya bukan dari utang rentenir atau pinjol,” terangnya.

Purnomo menambahkan, selain membimbing, pihaknya juga menyiapkan tempat. Selain itu, pengawasan juga intens dilakukan untuk memastikan seluruh program ini berjalan sesuai rencana. “Impian saya adalah tidak ada lagi orang yang terjebak pinjol dan rentenir,” harapnya. (saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Minggu, 21 Desember 2025
26o
Kurs