
Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian (Mentan) memilih untuk tidak langsung mengungkapkan nama-nama 212 produsen beras nakal yang menyebabkan kenaikan harga tidak wajar.
Tapi, dia sudah memberikan daftarnya dan menyerahkan penindakannya kepada aparat penegak hukum demi menjaga barang bukti.
“Itu agar barang bukti tidak dihilangkan. Dan nanti pasti diumumkan semua, terumumkan secara otomatis, kalau sudah dipanggil oleh penegak hukum,” ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Amran melanjutkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kapolri dan Jaksa Agung untuk menindak tegas para pelaku.
Menurutnya, itu merupakan momentum penting mengingat stok beras nasional melimpah dan produksi dalam negeri dalam kondisi baik, tetapi harga di pasaran justru dipermainkan.
“Sekarang ini tidak ada alasan harga naik, tidak ada. Produksi naik sesuai BPS, sesuai badan pangan dunia (FAO) … Kemudian stok kita tertinggi sepanjang sejarah. Terus alasan apa lagi harga naik?” tegas Amran, seperti dilaporkan Antara.
Menanggapi laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai inflasi Juni 2025 yang salah satunya dipicu oleh kenaikan harga beras, Amran berpendapat itu terjadi karena adanya anomali harga.
Dia menyebutz pada bulan-bulan sebelumnya, harga di tingkat petani justru turun, sementara harga di tingkat konsumen naik.
“Ternyata beras yang dijual premium bukan premium, 80 persen. Beras dijual medium bukan medium, itu beras curang,” ungkapnya.
Selain pengoplosan, Amran juga menemukan adanya produk beras yang volumenya kurang dan kualitasnya di bawah standar yang seharusnya.
Investigasi kasus kecurangan beras komersial dilakukan setelah adanya anomali soal beras, padahal produksi padi saat ini sedang tinggi secara nasional, bahkan tertinggi dalam 57 tahun terakhir dengan stok hingga saat ini mencapai 4,2 juta ton.
Berdasarkan hasil temuan pada beras premium dengan sampel 136, ditemukan 85,56 persen tidak sesuai ketentuan; 59,78 persen tidak sesuai harga eceran tertinggi (HET), serta 21,66 persen tidak seusai berat kemasan.
Lalu, temuan pada beras medium dengan sampel 76 merek ditemukan 88,24 persen tidak sesuai mutu beras, 95,12 persen tidak sesuai HET, serta 9,38 persen tidak seusai berat kemasan.(ant/ham/rid)