Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) berencana mewajibkan murid untuk membaca buku sekaligus menulis resensi yang dinilai efektif meningkatkan literasi siswa.
Sri Lestari Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mendukung penuh wacana itu. Tapi, dia menilai penerapannya harus secara serius mengingat saat ini ekosistem literasi Indonesia masih minim.
“Ada sejumlah persoalan mendasar yang perlu diperhatikan agar kebijakan ini benar-benar efektif, dengan didukung oleh ekosistem yang kuat. Mulai dari ketersediaan buku berkualitas, pengembangan literasi guru, hingga pembentukan budaya apresiasi di sekolah,” terang Tari sapaan akrabnya, Rabu (26/11/2025).
Menurut Tari, membuat resensi bukan tugas sederhana karena memerlukan kemampuan analisis, evaluasi, dan argumentasi keterampilan tingkat tinggi dalam literasi. Sementara, saat ini masih banyak siswa yang masih menghadapi kesulitan memahami teks panjang secara mendalam.
“Karena itu, kewajiban membuat resensi perlu diiringi dengan pendampingan literasi dasar, pemantauan kemampuan membaca siswa, dan pembelajaran bertahap tentang cara menyusun resensi yang baik,” tambahnya.
Dia melanjutkan, saat ini masih banyak sekolah yang tidak memiliki banyak ketersediaan buku yang layak. Kadang jumlahnya terbatas, koleksi buku yang sudah usang, atau sudah tidak relevan dengan kebutuhan siswa.
“Jika Pemerintah ingin mewajibkan resensi, maka tanggung jawab menyediakan buku berkualitas harus berjalan seiring baik melalui pengadaan buku fisik, pembaruan perpustakaan, maupun penyediaan akses buku digital secara merata,” imbuhnya.
Lebih jauh, kewajiban membuat resensi akan lebih bermakna jika sekolah juga membangun ekosistem apresiasi seperti, menghidupkan kembali majalah dinding atau majalah sekolah, mengadakan pameran karya resensi siswa, atau membuat sesi diskusi buku antar kelas.
Dengan begitu, kegiatan literasi menjadi bagian dari budaya sekolah, bukan sekadar rutinitas akademik.
“Pada akhirnya, kebijakan mewajibkan siswa membaca dan membuat resensi merupakan langkah penting untuk memperkuat budaya literasi. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan ekosistem pendukung perpustakaan yang memadai, guru yang literat, kurikulum yang terintegrasi, dan kemampuan dasar siswa yang diperkuat. Tanpa itu semua, kebijakan ini berisiko tidak mencapai tujuannya,” tutupnya.(kir/rid)
NOW ON AIR SSFM 100
