Jumat, 3 Oktober 2025

Misi Hidup-Mati Dokter Aaron: Harus Amputasi Korban di Bawah Reruntuhan Ponpes Ambruk

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Dokter Aaron Franklyn Suaduon Simatupang yang mengamputasi Nur Ahmad di lokasi evakuasi, sedang melakukan pengecekan hari ini, Kamis (2/10/2025) di ruang rawat inap RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo. Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Dokter Aaron Franklyn Soaduon Simatupang, dokter dari TNI mempertaruhkan nyawanya saat harus mengamputasi Nur Ahmad korban yang tertimpa bongkahan beton musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo yang ambruk, pada Senin (29/9/2025) malam lalu.

Saat itu, tak ada misi selain berjuang membawa keluar Ahmad dalam kondisi hidup, atau siap mati kalau bangunan ambruk lagi.

“Pikiran saya, saya udah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya. Salah gerak sedikit ambruk,” ujar dr. Aaron yang berlatar belakang TNI itu, waktu ditemui usai memeriksa Ahmad di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam.

dr. Aaron Franklyn Soaduon Simatupang dokter dari TNI melakukan tindakan amputasi tangan Nur Ahmad santri Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo di bawah reruntuhan bangunan musala Ponpes, di bawah supervisi tim dokter  RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Senin (29/9/2025) malam. Foto: RSUD Notopuro Sidoarjo

Ia yang saat itu di bawah supervisi dr. Larona Hydravianto, Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, langsung memutuskan untuk menyelamatkan korban yang terancam kehilangan banyak darah, karena siku lengan kiri sudah tertindih habis oleh beton bangunan.

“Kami dihadapkan dua pilihan, yaitu menunggu balok (beton) diangkat kemudian (korban) dievakuasi atau opsi yang kedua adalah kita melaksanakan pemotongan ataupun anestesi tadi. Sepertinya tidak memungkinkan untuk yang opsi pertama, karena risikonya adalah pasien kehilangan darah lebih banyak lagi kemudian oksigen yang ada menipis, sehingga pasien kemungkinan bisa hipoksia yang berujung pada hal yang tidak kita inginkan,” terangnya menggambarkan dilema sebelum memutuskan mengamputasi lengan korban.

Usai merayap sejauh 10 meter di ruang terbatas dengan jarak ketinggian antara reruntuhan dengan dasar pijakan hanya 50 centimeter saja, ia langsung menyuntikkan obat bius bersama dokter anestesi di belakangnya.

“Saya suntikkan obat bius, kalau sakit maaf ya,” ujarnya ke Ahmad yang saat itu dalam posisi tengkurap kesakitan.

Berpacu dengan waktu, ia menuntaskan amputasi on site ke Nur Ahmad sekitar 10 menit, lalu Aaron kembali merayap keluar sambil menarik korban.

Sampai di luar, tim dokter yang sudah siaga langsung melakukan stabilisasi kondisi Ahmad.

“Ya memang di dalam itu sangat terbatas ruangnya. Jadi enggak mungkin semua bisa masuk as a team tapi kita di pos masing-masing,” ungkapnya.

Tak lama, Ahmad langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo untuk dilakukan operasi lanjutan penutupan amputasi.

Kondisi terbaru Ahmad hari ini, stabil dan membaik, tidak ada keluhan nyeri. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Jumat, 3 Oktober 2025
34o
Kurs