Kamis, 28 Agustus 2025

MPLS Ramah Jadi Langkah Awal Pendidikan Bermakna di Tahun Ajaran Baru 2025/2026

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat meninjau MPLS di SMPN 5 Surabaya, Selasa (16/7/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Menyambut dimulainya Tahun Ajaran Baru 2025/2026, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan kebijakan baru mengenai pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah. Hal ini ditetapkan melalui Surat Edaran Menteri Nomor 10 Tahun 2025.

MPLS Ramah menjadi upaya pemerintah untuk menciptakan hari-hari pertama sekolah yang menyenangkan, inklusif, dan membangun karakter.

Gogot Suharwoto Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah menegaskan bahwa MPLS Ramah bukan sekadar orientasi murid baru, melainkan langkah awal pembentukan karakter yang bermakna.

“Sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menggembirakan. MPLS Ramah dirancang untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajar melalui kegiatan yang menjunjung nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan kebahagiaan,” ujar Gogot dalam keterangannya, Rabu (9/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, sekolah didorong untuk membiasakan peserta didik baru dengan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bersosialisasi, dan tidur tepat waktu. Kegiatan ini ditambah dengan program Pagi Ceria, seperti senam, menyanyikan lagu kebangsaan, serta doa bersama sebelum memulai pembelajaran.

Tak hanya untuk sekolah umum, MPLS Ramah juga diterapkan di satuan pendidikan vokasi dan layanan khusus.

Tatang Muttaqin Dirjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus menekankan bahwa MPLS Ramah harus menjangkau seluruh anak tanpa diskriminasi.

“Anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk yang belajar di sekolah vokasi dan layanan khusus, berhak mendapatkan lingkungan yang bebas dari kekerasan dan mendukung perkembangan diri,” ujarnya.

Sementara itu, Rusprita Putri Utami Kepala Pusat Penguatan Karakter menyebut kegiatan MPLS ini fokus pada penguatan nilai karakter, penanaman budaya sekolah, dan pengenalan lingkungan belajar secara emosional dan sosial.

“Ramah bukan akronim, tapi makna yang sesungguhnya yakni sikap bersahabat, menyenangkan, dan penuh empati. MPLS Ramah bukan ruang untuk hukuman atau perlakuan tidak masuk akal. Tas aneh, pakaian nyeleneh, atau simbol-simbol tidak edukatif dilarang karena tidak mendukung tujuan pendidikan,” tegasnya.

Rusprita juga menekankan pentingnya peran guru sebagai pelaksana utama kegiatan. Siswa OSIS dan MPK hanya bertindak sebagai pendamping dan tetap berada di bawah pengawasan guru. Selain itu, keterlibatan orang tua juga sangat penting, terutama dalam mendampingi anak selama masa transisi awal sekolah.

“Peran orang tua tidak hanya sebatas mengantar anak ke sekolah. Memberi semangat, membangun kepercayaan diri, dan menciptakan rasa aman sangat penting dalam proses adaptasi anak,” tambahnya.

Dengan komitmen bersama dari seluruh elemen pendidikan, guru, orang tua, sekolah, masyarakat, dan media, MPLS Ramah diharapkan mampu menjadi pondasi awal dalam membentuk ekosistem pendidikan yang memuliakan murid dan menumbuhkan karakter kuat sejak hari pertama sekolah.(faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Kamis, 28 Agustus 2025
31o
Kurs