Selasa, 25 November 2025

Nadirsyah Hosen Nilai Struktur PBNU Rentan, Usulkan Penyederhanaan dan Kemandirian Organisasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Nadirsyah Hosen Tokoh Nadhatul Ulama (NU). Foto: Istimewa

Nadirsyah Hosen Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) menilai dinamika internal yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu terakhir menunjukkan adanya kerentanan dalam struktur kepemimpinan organisasi.

Melalui unggahan di akun Instagramnya, Selasa (25/11/2025), Nadir menyoroti tidak jalannya garis komando ketika Rais Aam dan Ketua Umum sama-sama memiliki legitimasi hasil Muktamar. Dualisme legitimasi itu, menurut dia, membuat roda organisasi terhambat hingga berbulan-bulan.

“Situasi ini memperlihatkan perlunya penyederhanaan struktur NU,” tulis Nadir.

Ia mengusulkan agar Muktamar mendatang mengevaluasi mekanisme pemilihan pucuk pimpinan. Dalam gagasannya, cukup Rais Aam yang dipilih langsung oleh peserta Muktamar. Setelah itu, Ketua Umum dipilih atau ditunjuk oleh Rais Aam terpilih.

Dengan pola itu, lanjutnya, tidak ada lagi dua figur yang sama-sama merasa memiliki mandat langsung dari Muktamar. Konsolidasi antara Syuriyah dan Tanfidziyah pun diyakini lebih stabil karena Ketua Umum bekerja melalui amanah Rais Aam, bukan sebagai kutub tandingan.

Selain pembenahan struktur, Nadir menegaskan pentingnya kemandirian ekonomi NU, yang menurutnya bermula dari penyederhanaan penyelenggaraan Muktamar. Ia menyarankan agar Muktamar kembali digelar secara sederhana, tanpa ketergantungan pada sponsor atau bantuan pihak luar.

“Tidak perlu tiket, tidak perlu sangu, tidak perlu fasilitas mewah. Apalagi sampai charter pesawat. Semua itu memunculkan loyalitas pragmatis,” kata Nadir.

Ia menilai, delegasi dari PWNU, PCNU, maupun PCINU idealnya datang dengan biaya urunan internal. Dengan begitu, Muktamar dapat menjadi ruang musyawarah keagamaan yang bersih dari kepentingan politik dan biaya tinggi.

“Kalau Muktamar bersih dari ongkos politik, kita bisa memilih pemimpin yang betul-betul layak, bukan yang paling mampu menanggung biaya besar,” tegasnya.

Nadir menyebut, NU tumbuh besar dari kultur kesederhanaan para kiai desa yang mengajar dan membimbing umat tanpa pamrih. Karena itu, penyederhanaan struktur dan pelaksanaan Muktamar dianggap sebagai upaya mengembalikan NU pada nilai awalnya.

“Dengan struktur jelas, manajemen rapi, ekonomi mandiri, dan Muktamar yang jauh dari kepentingan pragmatis, NU bisa kembali berjalan memberi arah bagi jamaah,” ujarnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa NU memiliki peran terlalu besar untuk dibiarkan terjebak dalam kekisruhan internal.

“NU terlalu mulia untuk terseret kepentingan jangka pendek. Menyederhanakan NU bukan langkah mundur, justru jalan untuk maju,” pungkasnya.(faz/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 25 November 2025
34o
Kurs