
Operasi Patuh 2025 yang dilaksanakan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri telah memasuki hari ketiga, Kamis (17/7/2025) hari ini, sejak resmi diluncurkan pada 14 Juli lalu hingga 27 Juli mendatang.
Terkait hal ini, Kombes Pol Iwan Saktiadi Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jatim mengatakan, Operasi Patuh bukan sekadar agenda tahunan untuk menilang pelanggar. Tujuan utama operasi ini adalah membangun kesadaran tertib berlalu lintas.
Selain itu, menurutnya pendekatan yang digunakan dalam operasi ini adalah humanis dan edukatif. “Kita approach (pendekatan)-nya adalah approach untuk membangun kesadaran agar tidak berlalu lintas sembarangan. Jadi bukan masalah penindakannya,” kata Kombes Iwan waktu mengudara di Radio Suara Surabaya, Kamis.
Adapun selama pelaksanaan Operasi Patuh ini, Kabupaten Sidoarjo tercatat jadi wilayah dengan jumlah penindakan tertinggi selama tiga hari pertama operasi, dengan total ada 50 kendaraan terkena tilang.
Meski demikian, terkait catatan ini, Kombes Iwan menilai hal itu tidak serta merta menjadi indikator keberhasilan atau kegagalan sebuah operasi, justru sebaliknya.
“Artinya kalau tertinggi itu ada dua kemungkinan. Satu, memang petugasnya aktif. Dua, memang tingkat pelanggarannya tinggi. Dua perspektif ini baru kita pahami,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan polisi di jalan bukan untuk menakuti atau sekadar menindak, tetapi untuk memastikan lalu lintas aman, tertib, dan lancar.
“Polisi lalu lintas itu biar hadirnya itu membantu untuk pengaturan saat pulang pergi kerja dan lain sebagainya. Untuk pelanggaran, sudah ngerem masing-masing sajalah,” imbuhnya.
Dirlantas Polda Jatim menyebut, akar dari kecelakaan lalu lintas umumnya adalah pelanggaran. Oleh karena itu, misi utama dari operasi ini adalah membentuk karakter tertib berlalu lintas.
“Lalu lintas itu kita punya prinsip bahwa ada tiga hal. Satu, urat nadi kehidupan. Dua, cermin budaya bangsa. Dan tiga, cermin modernitas,” jelasnya.
Ia berharap, masyarakat nantinya memiliki kesadaran kolektif dan saling mengingatkan. “Saya mempunyai keyakinan suatu saat Indonesia akan ke sana. Jadi orang yang pelanggaran itu nanti akan jadi public enemy. Malu, tiba-tiba cuman dia sajayang langgar misalnya begitu,” katanya.
Dalam pelaksanaan Operasi Patuh 2025, kata Iwan, Ditlantas Polda Jatim membagi komposisi tindakan menjadi 25 persen preventif, 25 persen preemptif, dan 50 persen penindakan.
Penindakan sendiri dilakukan dalam empat bentuk, yakni tilang manual, ETLE mobile, ETLE statis, dan teguran langsung. “Harapan kita ke depan makin minim orang yang melanggar aturan. Kita bangga di situ,” ujar Kombes Iwan.
Meski demikian, Iwan memastikan kalau penindakan tidak dilakukan secara membabi buta. Ia menyebut pentingnya menyesuaikan pendekatan dengan karakter masyarakat.
Kepolisian disebutnya akan adaptif dan melihat situasi serta kondisi. Kalau masyarakat menghendaki penindakan tegas, maka akan dilakukan dengan tegas. Tapi jika sebaliknya, akan dilakukan secara persuasif.
Ia juga mengumumkan bahwa mulai saat ini, melanggar lampu merah, melawan arus, dan kendaraan tanpa plat nomor akan langsung dikenai sanksi tanpa peringatan.
“Kalau melawan arus, kemudian lampu merah, sama plat nomor yang tidak ada, kita tidak usah pakai peringatan. Mandatori, saya sampaikan ke jajaran,” ungkapnya dalam sesi live interaktif.
Data Kecelakaan Menurun, Tapi Tetap Jadi Perhatian
Meski jumlah kecelakaan lalu lintas selama Operasi Patuh 2025 turun 50 persen dibanding tahun lalu, Kombes Iwan menyebut korban tetap tidak bisa dianggap angka semata.
Menurutnya, setiap korban adalah aset berharga. Kecelakaan tidak hanya berdampak fisik, tetapi juga sosial dan ekonomi.
“Dibanding 2024 yang lalu pada operasi yang sama, turun 50 persen. Tapi luka beratnya ada 18, luka ringannya 123. Ini manusia semua ini,” tegasnya.
Menyikapi kekhawatiran publik soal minimnya kehadiran polisi di lapangan karena diganti dengan sistem ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), Kombes Iwan menjelaskan bahwa teknologi hanya menjadi alat bantu, bukan tujuan utama.
“Teknologi itu hanya tools, bukan goal. Masyarakat masih butuh polisi hadir. Kami belum bisa tergantikan,” ujarnya.
Dirlantas menegaskan bahwa tujuan utama Operasi Patuh 2025 adalah menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran (kamseltibcarlantas) di jalan raya. Sosialisasi terus dilakukan, bahkan di luar masa operasi.
Polisi juga tetap melakukan patroli ke wilayah yang belum terjangkau ETLE, termasuk jalan-jalan kecil di perdesaan. “Kami isi materinya melalui Bhabinkamtibmas, kami juga masuk ke sekolah-sekolah lewat program PKS dan MPLS untuk menyentuh usia dini,” tutup Kombes Iwan. (bil/ham)