
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data terbaru komoditas penyumbang garis kemiskinan terbesar di Indonesia.
Dari data per-Maret 2025 itu, beras menjadi penyumbang terbesar, disusul rokok kretek filter di posisi kedua, kemudian telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, serta kopi bubuk dan kopi saset.
Wahyu Wisnu Wardana Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlamngga (Unair) mengatakan, data itu bukan hanya menunjukkan fenomena ketidakcukupan dalam aspek ekonomi saja, tapi multidimensi.
“Lebih dari itu, ada kemiskinan pengetahuan terkait dengan kesehatan. Artinya, kemiskinan ini menjadi suatu isu yang multidimensi, kompleks dan sifatnya kultural. Contohnya rokok itu tadi, mereka miskin tapi mereka tetap melakukan pola konsumsi yang mendorong untuk tetap berada di dalam kondisi kemiskinan. Tidak ada upaya untuk bisa melakukan perubahan,” jelasnya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, pada Selasa (29/7/2025).
Hal tersebut menurutnya, yang turut membuat rokok masuk dalam salah satu komoditas penyumbang garis kemiskinan di Indonesia.
“Konsumsi rokok itu cukup besar dalam garis kemiskinan, ini mengindikasikan adanya distorsi konsumsi atau pola konsumsi yang tidak seharusnya, khususnya bagi kelas bawah yang ekonominya terbatas,” ucapnya.
Mengacu pada data tersebut, ia mengatakan bahwa sudah saatnya masyarakat mengatur pengeluaran uang untuk hal-hal yang lebih baik, seperti untuk kebutuhan gizi.
“Nah, karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus,” ucap dosen yang sekaligus peneliti Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) Surabaya itu.
Pihaknya juga meminta pemerintah agar menjaga stabilitas harga komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat, agar terkendali dengan baik, serta tidak berdampak buruk pada kondisi perkonomian masyarakat.
“Karena kalau sekali tidak terkendali, itu pasti nanti akan berdampak cukup besar. Dari sisi daya belinya juga perlu dijaga. Harga barangnya murah tapi kalau pendapatan yang tidak ada kan juga susah,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa lapangan dan kesempatan kerja juga harus dijaga oleh pemerintah.
“Ini yang harus terus diupayakan,” imbuhnya
Dalam kesempatan itu, ia tetap menekankan pentingnya distribusi bansos kepada masyarakat miskin di Indonesia. Menurut penelitiannya, program bantuan tersebut cukup membantu perekonomian masyarakat.
Namun, ia tetap menekankan agar bansos digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang penting.
“Karena penelitian kami terakhir, keluarga atau rumah tangga miskin yang menerima bansos itu ternyata mereka membelanjakan tambahan pendapatan dari bansos itu untuk keperluan yang bagus, artinya distorsi untuk konsumsi tidak besar, tidak signifikan,” ucapnya.
Seperti diketahui, perghitungan garis kemiskinan BPS terdiri dari dua komponen, yakni garis kemiskinan makanan dan non-makanan.
Dari kedua sektor itu, sektor makanan menyumbang 75 persen dari total garis kemiskinan di Indonesia. Sedangkan non-makanan 25 persen.(ris/ham)