
Putusan Mahkamah Perdagangan Amerika Serikat (AS) yang membatalkan sebagian besar tarif Donald Trump Presiden yang sekaligus menyebut sang presiden melampaui wewenangnya memberikan angin segar bagi pasar finansial. Meskipun, hal ini menambah ketidakpastian terhadap kondisi ekonomi global.
Diketahui, Court of International Trade pada, Rabu (28/5/2025) waktu setempat itu, menyatakan bahwa Konstitusi AS memberikan hak eksklusif kepada Kongres untuk mengatur perdagangan dengan negara lain, dan wewenang ini tidak dapat digantikan oleh kekuasaan darurat presiden untuk melindungi ekonomi.
Melansir Reuters, Kamis (29/5/2025), kabar ini langsung memicu kenaikan saham di sektor chip, perbankan, barang mewah, dan industri otomotif sebagai sektor-sektor yang sebelumnya terpukul akibat perang dagang dan ketidakpastian tarif.
Nilai tukar dolar AS yang sempat menguat terhadap yen dan franc Swiss pun, mulai melemah seiring kekhawatiran atas respons lanjutan Trump. Indeks berjangka Wall Street yang sempat naik lebih dari 1,5 persen, akhirnya hanya naik 0,8 persen.
Putusan pengadilan pada Rabu tersebut menghantam kebijakan utama Trump yang menggunakan tarif untuk menekan konsesi dari mitra dagang. Putusan ini memengaruhi perintah tarif menyeluruh yang diterbitkan sejak Januari berdasarkan International Emergency Economic Powers Act (IEEPA), sebuah undang-undang yang digunakan untuk keadaan darurat nasional. Namun, putusan itu tidak mencakup tarif sektoral seperti baja, aluminium, dan impor mobil.
Pemerintahan Trump sendiri menyatakan akan segera mengajukan banding. Para analis memperkirakan investor akan tetap berhati-hati selama proses hukum masih berlangsung dan Gedung Putih mencari celah hukum lainnya.
Jika putusan ini bertahan, Presiden AS tetap dapat memberlakukan tarif berdasarkan undang-undang perdagangan lainnya, baik yang bersifat sektoral maupun spesifik per negara.
Adapun sejumlah mitra dagang utama AS, seperti Jerman dan Komisi Eropa, memilih tidak berkomentar karena proses hukum masih berlangsung.
“Kami tidak dapat memberikan komentar atas proses hukum yang sedang berlangsung di AS. Kami tetap berharap tercapai solusi yang saling menguntungkan antara Komisi Eropa dan pemerintah AS,” ujar juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman.
Sementara itu, pemerintah Inggris menyatakan bahwa putusan tersebut merupakan urusan domestik AS, namun mencatat bahwa ini “baru tahap awal dari proses hukum.”
Dampak pada Strategi Dagang dan Ekonomi Global
Adapun setelah protes pasar atas pengumuman tarif besar-besaran pada 2 April lalu, Trump sempat menunda sebagian besar bea masuk selama 90 hari dan berjanji mengupayakan kesepakatan bilateral. Namun, hingga kini hanya tercapai satu kesepakatan dengan Inggris, dan belum ada terobosan dengan mitra lainnya seperti Jepang.
Para analis menyebut jeda kebijakan tarif ini bisa memberikan waktu berharga bagi penentang kebijakan Trump dan bagi pelaku pasar yang mengandalkan volatilitas.
“Jika banding tidak berhasil dalam beberapa hari ke depan, kemenangan utamanya adalah waktu untuk bersiap dan pembatasan tarif hingga maksimal 15%,” kata George Lagarias, Kepala Ekonom di Forvis Mazars.
Industri Global dan Respon Perusahaan
Perang dagang Trump telah mengguncang berbagai industri, mulai dari produsen tas mewah, sepatu, peralatan rumah tangga, hingga mobil akibat kenaikan harga bahan baku, gangguan rantai pasok, dan perubahan strategi bisnis.
Perusahaan seperti Diageo, General Motors, dan Ford bahkan menghentikan proyeksi keuangan tahunan mereka.
Sejumlah perusahaan non-AS, seperti Honda, Campari, serta produsen farmasi Roche dan Novartis, mempertimbangkan memindahkan atau memperluas operasinya di AS untuk mengurangi dampak tarif.
Saham sektor ekspor Eropa termasuk otomotif dan barang mewah, mencatat penguatan pada Kamis pagi, meski kenaikan tersebut berangsur memudar. Indeks STOXX 600 naik 0,2 persen, sedangkan CAC 40 Prancis, yang memiliki bobot besar pada saham bank dan barang mewah, naik 0,5 persen.
Sentimen pasar juga didorong oleh laporan keuangan yang kuat dari Nvidia, perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Namun, para analis mengingatkan bahwa kenaikan pasar ini bisa bersifat sementara.
“Kita berada dalam periode volatilitas tinggi, dan akan ada lebih banyak lonjakan. Namun volatilitas justru menjadi teman bagi investor aktif,” ujar Kevin Barker, Kepala Global Active Equities di UBS Asset Management. (bil/ham)