Petra Christian University (PCU) mengenalkan inovasi material berbasis serat kelapa kepada para pengrajin mebel rotan di Desa Gading Watu, Kecamatan Menganti, Gresik, melalui pelatihan dan workshop, Kamis (11/12/2025).
Adi Santoso, Ketua Tim sekaligus dosen Desain Interior PCU, mengatakan pelatihan ini diawali dari survei dan wawancara terhadap para pengrajin. Dari temuan di lapangan, produksi mebel rotan di Desa Gading Watu itu mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Penyebabnya antara lain persaingan harga, desain yang monoton, teknik produksi yang kurang efisien, keterbatasan teknologi, serta ketergantungan pada material rotan alami yang ketersediaannya semakin terbatas.
“Dulu Gading Watu merupakan pusat kerajinan rotan. Tapi sekarang banyak pengrajin yang beralih profesi, padahal desa ini sudah dikenal sebagai sentra rotan sejak 1970-an. Sayang sekali kalau kemampuan itu hilang, karena tidak semua daerah punya keahlian seperti mereka,” ujar Adi kepada suarasurabaya.net.

Melihat kondisi itu, tim memutuskan mengembangkan material substitusi maupun komplementer sebagai alternatif rotan. Mereka memilih serat kelapa yang dikombinasikan dengan resin, karena prosesnya lebih sederhana dan bisa dikerjakan pengrajin di rumah tanpa mesin khusus.
“Kami kembangkan material berbasis serat kelapa lewat serangkaian eksperimen di laboratorium. Resin dipilih karena bisa dipress dingin dan mudah diaplikasikan,” jelas Adi.
Dalam workshop, peserta dilatih mulai dari penyiapan bahan, penakaran, penataan serat kelapa ke cetakan, pemberian resin, hingga proses pengepresan dan pembukaan hasil cetakan. Hasil material yang diperoleh dapat digunakan sebagai elemen mebel baru, seperti alas duduk stool.
Materi tidak hanya disampaikan Adi. Anggota tim lainnya, yakni Purnama Esa Dora dosen Desain Interior PCU, memberi pembekalan awal dan tes pemahaman; Juliana Anggono dosen Teknik Mesin PCU, menjelaskan dasar-dasar material komposit; Josua Tarigan dosen School of Business Management PCU, menyampaikan materi manajemen produksi dan bisnis.
Adi menyebut proses pengembangan material dilakukan intensif selama dua bulan, melibatkan mahasiswa dan dua dosen Teknik Mesin lainnya untuk merancang dan menguji cetakan berbahan HMR (High Moisture Resistant). Lebih dari 10 kali percobaan dilakukan hingga komposisi dianggap layak diperkenalkan ke pengrajin.
Meski material baru itu sudah menunjukkan kekuatan awal termasuk uji coba sederhana seperti tekanan dan benturan uji kekuatan secara fisik dan mekanis akan dilakukan di tahap berikutnya.
“Kami akan lakukan uji tekan dan uji tarik di laboratorium sipil untuk memastikan material ini benar-benar setara atau lebih baik dari alas duduk rotan,” tambahnya.
Pelatihan ini juga melibatkan CV Bintang Selatan, eksportir mebel rotan ke Jepang yang selama ini bekerja dengan UMKM lokal. Keterlibatan perusahaan dianggap penting agar program pembinaan memiliki keberlanjutan.
“Kami ingin tidak hanya berhenti di pelatihan ini. Setelah ini akan ada monitoring, pendampingan, pengembangan desain, dan pemasaran. Kami juga akan ajukan proposal lanjutan melalui program inovasi seni nusantara (PISN) sebagai bentuk keseriusan kami” pungkas Adi.
Sebagai informasi, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN), yang didanai pada tahun 2025 oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiksaintek). (mas/bil/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
