Rabu, 17 Desember 2025

Perayaan Hari Ibu Jadi Momen Refleksi Pengasuhan Anak di Era Digital

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi - Perayaan Hari Ibu jadi momen refleksi pengasuhan anak di era digital. Foto: Pexels

Muridan Akademisi Universitas Islam Negeri Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto mengajak masyarakat memaknai Hari Ibu sebagai momentum refleksi atas tantangan pengasuhan anak di tengah disrupsi digital yang kian mempengaruhi kehidupan keluarga modern.

“Peringatan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember tidak cukup dimaknai sebagai simbol penghormatan semata, melainkan juga sebagai ruang refleksi terhadap dinamika pengasuhan di era percepatan teknologi digital,” katanya, melansir Antara, Rabu (17/12/2025).

Dalam berbagai tradisi sosial dan keagamaan, kata dia, ibu menempati posisi sentral dalam pembentukan karakter anak.

Dia menyebut, pengasuhan dipahami tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan fisik, juga proses penanaman nilai moral, etika, dan spiritual yang berlangsung secara berkelanjutan dalam keluarga.

“Tantangan pengasuhan semakin kompleks ketika berlangsung di lingkungan digital yang sarat distraksi dan minim batas. Kehadiran teknologi di hampir seluruh ruang kehidupan keluarga berpotensi mengurangi kualitas interaksi langsung antara ibu dan anak,” imbuhnya.

Muridan mengutip teori kelekatan (attachment theory) dari Psikolog John Bowlby yang menegaskan bahwa hubungan emosional yang aman antara ibu dan anak menjadi fondasi penting bagi perkembangan psikologis.

Menurutnya, kelekatan tersebut terbentuk melalui kehadiran yang konsisten dan responsif, namun kerap tereduksi oleh tuntutan kerja dan beban peran ganda perempuan.

“Anak-anak kini tumbuh dalam lingkungan yang kaya paparan visual, tetapi relatif miskin percakapan mendalam. Waktu kebersamaan semakin terfragmentasi, sementara perangkat digital sering menjadi pengalih perhatian utama,” sebutnya.

Dari perspektif struktural, kondisi tersebut dapat dipahami melalui teori sistem ekologi Urie Bronfenbrenner, yang melihat pengasuhan sebagai hasil interaksi berbagai sistem sosial, mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan kerja, hingga kebijakan negara.

Dia melanjutkan, ketika sistem-sistem tersebut tidak selaras dalam mendukung pengasuhan, beban tanggung jawab cenderung bertumpu pada keluarga, terutama ibu.

“Budaya digital, kini menjadi bagian dari sistem sosial yang turut membentuk pola pikir dan perilaku anak,” kata Dosen Fakultas Dakwah UIN Saizu itu.

Tanpa pendampingan yang memadai, kata dia, nilai moral dan etika berisiko tergerus oleh budaya instan dan logika popularitas.

Sementara itu, lanjut dia, tanggung jawab pendampingan penggunaan teknologi sering kali tidak diimbangi dengan dukungan literasi digital yang memadai bagi orang tua.

Karena itu, menurutnya, peringatan Hari Ibu perlu dimaknai sebagai pengingat pentingnya memperkuat ekosistem pengasuhan yang adaptif terhadap perubahan zaman melalui dukungan kebijakan keluarga, peningkatan literasi digital, serta kolaborasi antara negara, institusi pendidikan, dan komunitas sosial.(ant/kir/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Rabu, 17 Desember 2025
29o
Kurs