Arifah Fauzi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk sama-sama mewujudkan nol toleransi kekerasan seksual dan diskriminasi.
Menurutnya, komitmen itu penting untuk diwujudkan lantaran tingkat kekerasan terhadap perempuan saat ini masih tinggi.
Berdasarkan data Kementerian PPPA, dari Januari sampai Desember 2025 ada 26.811 perempuan yang jadi korban kekerasan. Dari jumlah tersebut, kasus kekerasan paling banyak terjadi di dalam rumah tangga.
Pernyataan itu disampaikan Arifah, hari ini, Senin (22/12/2025), dalam acara Musyawarah Ibu Bangsa 2025, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
“Di momen Hari Ibu ke-97 ini saya menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan, mulai dari keluarga hingga parlemen untuk menjadikan nol toleransi terhadap kekerasan seksual dan diskriminasi sebagai komitmen nasional,” ujarnya.
Menteri PPPA melanjutkan, peringatan Hari Ibu yang dilaksanakan setiap 22 Desember merupakan upaya Bangsa Indonesia mengenang dan menghargai para pejuang perempuan Indonesia dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.
Dia menilai, peringatan Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan peringatan Hari Ibu di negara lain, karena identik dengan gerakan perempuan Indonesia untuk berkontribusi aktif memajukan bangsa dan negara.
Sekadar informasi, Hari Ibu di Tanah Air mengacu pada momentum Kongres Perempuan Indonesia ke-1 yang dilaksanakan tahun 1928.
Sehingga, tema yang diangkat setiap tahunnya berkaitan dengan semangat perjuangan, pemberdayaan, dan kesetaraan gender.
Dasar hukum peringatan Hari Ibu antara lain, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
Kemudian, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 186 Tahun 2024 tentang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pada peringatan Hari Ibu tahun ini, Kementerian PPPA mengusung tema Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045. (rid/ipg)






