
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 Kebun Raya Mangrove (KRM) Surabaya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan berbagai kegiatan edukatif dan rekreatif di kawasan KRM Gunung Anyar Surabaya, pada 26 – 27 Juli 2025.
Kegiatan tersebut,untuk hari pertama meliputi workshop nasional yang membahas pengurangan emisi karbon, teknologi biosalin, hingga silvofishery. Kemudian, cooking class tentang olahan ikan, hingga gelaran pasar tani yang menampilkan produk pertanian dan perikanan dari kelompok tani, nelayan, dan pembudidaya ikan.
Di hari kedua, terdapat mangrove eco run, zumba, yoga hingga penampilan seni dan band.
Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya mengatakan, momentum HUT ke-2 KRM menjadi titik penting dalam arah pengembangan Kebun Raya Mangrove sebagai sumber alternatif pangan. Pihaknya menargetkan penguatan peran KRM dalam mendukung ketahanan pangan melalui pemanfaatan potensi mangrove.
“Yang pertama bahwa mangrove ini kalau sebagai Kebun Raya Mangrove, harus memiliki lima fungsi, yaitu konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan,” katanya, pada Jumat (25/7/2025).
Antiek menegaskan bahwa sejak diresmikan pada 26 Juli 2023, KRM Surabaya tidak hanya memenuhi lima fungsi dasar tersebut, tetapi juga mengemban peran tambahan sebagai sumber alternatif pangan.
“Untuk Kebun Raya Mangrove Surabaya itu kita sudah dari awal mendeklarasikan bahwa kita memenuhi enam fungsi. Salah satunya sebagai sumber alternatif pangan,” ungkapnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Antiek mengungkap bahwa Pemkot Surabaya kini tengah menjalin kerja sama dengan berbagai stakeholder dan lembaga terkait. Termasuk di antaranya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Wahana Visi Indonesia untuk mengembangkan inovasi berbasis mangrove sebagai bahan pangan alternatif.
“Makanya di kegiatan yang sekarang, kita sedang mencoba berkolaborasi dengan BRIN dan beberapa lembaga lain seperti Wahana Visi untuk mengembangkan sebagai sumber alternatif pangan, untuk meningkatkan ketahanan pangan,” ungkap Antiek.
Salah satu bentuk konkret dari upaya itu, yakni uji coba penanaman padi biosalin di lahan demplot di kawasan Kebun Raya Mangrove. Selain itu, pihaknya juga tengah mengembangkan sistem silvofishery, yakni sistem budidaya perikanan terpadu di kawasan mangrove.
“Pengembangan padi biosalin sedang kita uji cobakan di demplot, sekaligus dengan pengembangan silvofishery. Nah, ini kita lebih ingin meningkatkan ke arah itu,” tuturnya.
Di usia yang masih muda, KRM Surabaya telah mengalami pertumbuhan koleksi mangrove yang signifikan. Dari 56 jenis mangrove saat awal diresmikan, kini telah bertambah menjadi 74 jenis.
“Harapan kita tentunya selain kita menambah koleksi, yang dari 56 jenis di saat peresmian sekarang menjadi 74 jenis, maka kita juga ingin mengembangkan lebih sebagai sumber pangan dan mendukung ketahanan pangan,” kata Antiek.
Pihaknya juga berharap, kerjasama lintas stakeholder yang telah dibangun dapat semakin memperkuat peran Kebun Raya Mangrove Surabaya dalam mendukung sistem ketahanan pangan lokal dan nasional.
“Mudah-mudahan upaya kita bersama BRIN, bersama stakeholder yang lain untuk membangun kebun raya ini menjadi salah satu sumber pangan bisa segera dioptimalkan,” tandasnya.(ris/iss)