Bengkel Muda Surabaya menggelar rangkaian perayaan hari jadinya yang ke-53 melalui acara bertajuk “Surabaya Ayo Bicara”, yang berlangsung pada 10-11 Desember 2025 di Balai Pemuda Surabaya.
Dalam perayaan tahun ini, komunitas seni asli Surabaya tersebut mengusung tema “Surabaya Ayo Bicara” dengan konsep menghadirkan ruang diskusi terbuka yang berisi orasi, refleksi, serta kegelisahan para pelaku lintas bidang, mulai dari seniman, akademisi, jurnalis, arsitek, aktivis, hingga praktisi.
Pada hari pertama, kegiatan difokuskan pada open mic, orasi, pertunjukan perkusi, dan musikalisasi puisi. Penampilan perkusi dibawakan oleh anak-anak berusia 6 hingga 14 tahun sebagai generasi penerus Bengkel Muda Surabaya.
“Hari ini kita fokus pada open mic, orasi, perkusi, dan musikalisasi puisi. Perkusi dimainkan anak-anak usia 6 sampai 14 tahun, generasi penerus Bengkel Muda,” ujar Heroi Budiarto Ketua Umum Bengkel Muda Surabaya sekaligus ketua pelaksana.
Sementara itu, pada hari kedua, rangkaian acara akan ditutup dengan pertunjukan teater. Heroi berharap gagasan dan refleksi yang disuarakan dalam forum ini dapat menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya.
“Harapan kami, pemerintah kota bisa merespons dan bekerja lebih serius dalam pemeliharaan dan pengembangan seni dan budaya,” ujarnya pada suarasurabaya.net.
Heroi menjelaskan, acara ini menjadi refleksi atas perjalanan panjang komunitas seni asli Surabaya tersebut dalam dunia seni dan budaya sejak berdiri pada tahun 1972. “Usia 53 tahun ini bukan waktu yang pendek. Ini perjalanan panjang dalam berkesenian dan berkecimpung di dunia seni budaya di Surabaya,” ujarnya.
Menurut Heroi, Bengkel Muda Surabaya lahir sebagai wadah pembinaan pemuda pada era 1970-an, saat persoalan kenakalan remaja marak terjadi. Pada masa itu, pembinaan melibatkan unsur pemerintah kota, kejaksaan, hingga kepolisian.
“Dulu anak-anak muda butuh ruang untuk mengekspresikan diri, belum ada media sosial seperti sekarang. Bengkel Muda menjadi ruang bagi mereka untuk mencari jati diri,” jelasnya.
Seiring waktu, komunitas ini melahirkan banyak tokoh di dunia seni dan budaya, mulai dari musisi, penulis, sastrawan, hingga insan pers. Kini, tantangan yang dihadapi pun berbeda, terutama dalam menjembatani semangat generasi milenial dan Gen Z.
“Anak-anak sekarang cenderung ingin serba cepat. Ini jadi tantangan bagi kami untuk menyesuaikan format pembinaan tanpa kehilangan ruh proses berkesenian,” pungkasnya. (mas/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
