
Perkumpulan Pengusaha Busana (Persana) Korda Surabaya mengajak pengrajin menjaga eksistensi busana wastra, kain tradisional.
Dameria Ambuwaru Ketua Persana Korda Surabaya mengatakan, cara menjaga wastra tetap eksis kali ini dengan peragaan busana yang melibatkan pengrajin.
“Kami kolaborasi dengan pengrajin, tergantung pakai batik tulis atau cap. Kalau cap jauh lebih cepat daripada batik tulis. Kerja sama pengrajin sama-sama menguntungkan,” katanya ditemui di acara Surabaya Culture Fashion 2025, di Surabaya, Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, ini bagian dari upaya anggotanya yang mayoritas desainer untuk mengampanyekan busana wastra.
Penggunaan wastra, lanjutnya, sudah mulai banyak dipakai kebutuhan sehari-hari, busana formal, hingga acara santai.
“Harapan kami dengan memakai wastra, Indonesia tetap bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Karena serbuan dari luar sangat luar biasa. Jadi, bagaimana bertahan menggunakan wastra,” jelasnya.
Lia Afif salah seorang desainer asal Surabaya yang hadir dalam peragaan busana hari ini mengaku sudah konsisten memadukan batik pada rancangan busananya.
“Hari ini saya menampilkan 8 outfit batik warna-warna sogan yang saya kombinasi dengan lurik, kombinasi dengan less, ready to wear dan ready to wear deluxe,” kata Lia.
Menurutnya, mendesain busana menggunakan kain batik sangat menarik.
“Saya merasa bermain batik itu suatu hal yang menarik. Jadi motif-motif batik yang saya pakai ini padu ladannya lebih ke arah untuk ready to relax, tetap ada aksen manis-manisnya,” pungkasnya. (lta/rid)