Minggu, 27 Juli 2025

Pesisir Wonorejo Masih Dipenuhi Sampah, Ecoton Evakuasi 800 Kg Sampah Plastik

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Pegiat lingkungan membersihkan sampah di kawasan pesisir Wonorejo, Surabaya, pada Sabtu (26/7/2025). Foto: Ecoton

Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bersama komunitas lingkungan lainnya mengangkut sebanyak 800 kilogram sampah plastik di kawasan mangrove, Pesisir Wonorejo, Surabaya.

Alaika Rahmatullah Koordinator Audit Sampah Ecoton mengatakan, sampah plastik yang ditemukan di kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya itu, banyak yang terjerat di pohon-pohon mangrove.

“Banyak pohon mangrove ditemukan terjerat sampah plastik yang menyangkut di akar dan batang,” katanya, pada Minggu (27/7/2025).

Kondisi itu, kata dia, menghambat pertumbuhan tanaman mangrove dan mengancam keseimbangan ekosistem pesisir.

Melihat banyaknya sampah plastik, ia mengatakan bahwa target pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen sesuai Perpres No.83/2018 tentang penanganan sampah laut tidak tercapai akibat kebocoran sampah dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang terus mengalir ke wilayah pesisir.

“Program pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen terbukti gagal karena yang bocor dari DAS Brantas menyebabkan kematian pohon,” ujarnya.

Banyaknya sampah yang tersangkut di pohon, lanjut dia, menyebabkan kondisi stres pada tanaman dan berujung pada kematian sejumlah pohon mangrove.

Pihaknya mencatat, temuan sampah di kawasan pesisir Wonorejo didominasi oleh kresek, styrofoam, sedotan dan sachet. Hasil audit sampah menunjukkan dominasi sampah plastik unbrand (kresek, sedotan, styrofam) sebesar 55 persen, sisanya sampah plastik brand dari berbagai produsen besar.

Ia mengatakan, daur ulang saat ini bukan solusi utama penyelesaian sampah plastik di kawasan mangrove.

Temuan sampah plastik yang menjerat mangrove di pesisir Wonorejo Surabaya, menurutnya semakin memperkuat fakta bahwa berdasarkan laporan dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) 2022 hanya sekitar 9 persen dari total sampah plastik global yang benar-benar berhasil didaur ulang. Sisanya, sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dibakar, mencemari ekosistem laut dan darat.

“Rendahnya tingkat daur ulang plastik karena tidak semua jenis plastik dapat didaur, terutama kemasan multilayer seperti sachet. Sementara itu, produksi plastik sekali pakai terus meningkat, sedangkan infrastruktur daur ulang tak mampu mengimbanginya, menjadikan daur ulang hanya solusi semu tanpa pengurangan konsumsi” ucapnya.

Sampah plastik yang kemudian menjadi mikroplastik, kata dia, bukan hanya berdampak buruk pada lingkungan, tetapi juga manusia lewat rantai makanan laut.

“Mikroplastik dapat menumpuk di organ tubuh dan memicu peradangan kronis, gangguan imun, serta membawa zat berbahaya seperti BPA dan logam berat. Paparan jangka panjangnya dikaitkan dengan gangguan hormon, penurunan kesuburan, dan risiko terhadap sistem saraf,” jelasnya.

Dengan kondisi itu, pihaknya meminta pemerintah untuk segera membangun pagar laut sebagai penghalang sampah plastik masuk ke ekosistem pesisir, dan melindungi mangrove dari jeratan sampah plastik.

Kemudian menekankan pentingnya optimalisasi pengelolaan sampah di hulu, membuat larangan plastik sekali pakai, serta mendorong produsen untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR) secara ketat, termasuk tanggung jawab atas pengumpulan dan pemulihan dampak lingkungan.

“Juga penguatan kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan produsen dalam program pengurangan plastik sekali pakai,” tandasnya.

Seperti diketahui, pembersihan sampah di kawasan pesisir Wonorejo Surabaya itu juga untuk memperingati Hari Mangrove Sedunia, pada Sabtu (26/7/2025).(ris/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Minggu, 27 Juli 2025
30o
Kurs