
Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI mengumumkan prevalensi stunting di Jawa Timur turun menjadi 14,7 persen dari sebelumnya 17,7 persen.
Angka tersebut menjadikan Provinsi Jawa Timur menduduki tingkat kedua nasional dengan angka stunting paling rendah di nasional setelah Bali.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur menyatakan, penurunan angka stunting menjadi perhatian untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
“Alhamdulillah, prevalensi stunting kita turun dari yang sebelumnya 17,7 persen di 2023. Ini jadi yang terbaik kedua nasional dan terbaik pertama se-Pulau Jawa,” kata Khofifah, Rabu (28/5/2025).
Berdasarkan data Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kemenkes, terdapat 22 kabupaten/kota atau sebanyak 70,96 persen yang mengalami penurunan dan 9 kabupaten/kota atau sebanyak 29,04 persen yang mengalami kenaikan dibanding tahun 2023.
Selama ini, Pemprov Jatim telah melakukan berbagai intervensi meliputi program perhatian pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau HPK, pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting, dan adanya Forum Peningkatan Konsumsi Ikan atau Forikan.
Meski begitu, Khofifah menyebut masih banyak pekerjaan rumah untuk terus menurunkan angkat stunting.
“Targetnya tentu tidak akan lagi ada anak-anak stunting di Jawa Timur. Setiap keluarga, setiap anak, berhak mendapatkan hidup yang layak di mana mereka bisa bertumbuh kembang secar normal dan menjadi calon-calon pemimpin Indonesia. Inilah esensi dari visi Indonesia Emas 2045,” tandasnya.(wld/rid)