
Emil Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur menyampaikan permohonan maaf dan rasa prihatin mendalam atas insiden kericuhan pada Sabtu (30/8/2025) malam, yang menyebabkan kebakaran bangunan sisi barat Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Surabaya.
Dia menegaskan, semua pihak sudah berupaya maksimal menjaga keamanan Grahadi karena bangunan itu merupakan simbol bersejarah, bukan hanya milik pemerintah, tetapi milik masyarakat Jawa Timur.
“Kami juga tentunya menyesali dan mohon maaf. Sebenarnya semua pihak sudah berusaha menjaga sebaik-baiknya, karena ini bukan milik kami, tapi milik masyarakat Jawa Timur. Grahadi ini sudah ada sejak gubernur pertama berkantor di situ,” ujarnya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Rabu (3/9/2025) siang.
Emil menceritakan, awalnya Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur sudah menemui massa dan situasi sempat terkendali. Namun, kondisi berubah ketika tiba-tiba muncul kelompok massa dengan jumlah besar, sebagian di antaranya membawa bom molotov dan berbagai benda berbahaya.
“Bu Gubernur sudah menemui dan situasi sempat tenang. Ada permohonan pembebasan beberapa orang di polres, ditindaklanjuti. Lalu tiba-tiba datang massa luar biasa banyak dengan senjata molotov dan benda-benda lain, kemudian merangsek masuk,” ungkap Emil.
Situasi makin berbahaya ketika lantai bangunan sisi barat Grahadi telah dipenuhi bensin. Berkat kerja keras aparat keamanan bersama TNI, Polri, dan pihak Pemprov Jatim, api tidak sampai menjalar ke gedung utama.
“Kami bersyukur api tidak merembet ke gedung utama. Memang mereka bukan mengincar orangnya, tapi simbolnya, seolah ingin menunjukkan Jawa Timur tumbang, Surabaya tumbang,” jelasnya.
Meskipun gedung utama selamat, insiden malam itu menghanguskan gedung sisi barat Grahadi, termasuk kantor biro umum, kantor media, dan ruang tamu yang biasa digunakan Emil. Menurutnya, yang paling disayangkan, ruang staf Grahadi ikut terbakar, beserta barang-barang pribadi dan berkas penting.
“Ada teman-teman staf yang sudah puluhan tahun bekerja di situ, bahkan sejak zaman Pak Basofi. Mereka bukan menangisi barang pribadinya, tapi berkas-berkas kerja mereka. Itu yang bikin saya terenyuh,” tuturnya.
Grahadi, menurut Emil, selama ini juga menjadi pusat kegiatan publik, termasuk acara organisasi pemuda, sosial, dan keagamaan. Kebakaran ini berdampak pada banyak agenda masyarakat.
Proses Hukum Para Pelaku
Emil menegaskan, proses penegakan hukum terhadap para pelaku terus berjalan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan CCTV dan saksi mata, sejumlah orang telah diamankan. Namun, Emil meluruskan pandangan publik terkait anak-anak berusia belasan tahun yang juga ikut terjaring.
“Mereka datang dalam keadaan syok, sebagian besar masih SMP. Bukan berarti mereka dilepas begitu saja, mereka tetap menanggung konsekuensi, hanya berbeda perlakuannya dengan yang dewasa,” jelasnya.
Menurut Emil, ada indikasi sebagian anak-anak tersebut dimanfaatkan oleh pihak tertentu.
“Ini yang memprihatinkan, anak-anak ditumbalkan dan dimanfaatkan. Harapannya, aparat bisa menangkap pihak-pihak yang memprovokasi dan memanfaatkan situasi ini,” tegasnya.
Untuk sementara, Emil dan jajaran Pemprov Jawa Timur bekerja dengan sistem work from anywhere (WFA) karena banyak ruangan di Grahadi rusak. Sejumlah staf dan tim pemprov juga harus menumpang di kantor-kantor dinas lain.
“Renovasi memang akan dilakukan, tapi prioritas utama adalah fasilitas publik dulu. Pesan Gubernur Jatim, utamakan warga bisa berkegiatan dengan tenang dan lancar,” ujar Emil.
Tim Cagar Budaya juga sudah meninjau lokasi agar proses restorasi dilakukan dengan mempertahankan bentuk asli Grahadi pasca insiden. Di sisi lain, Emil menegaskan bahwa pemprov tetap memprioritaskan pembangunan fasilitas umum (fasum) dan perbaikan infrastruktur.
Emil juga menjamin keamanan masyarakat tetap terjaga, apalagi bertepatan dengan penyelenggaraan AFC U-23 dan FIFA Match Day untuk timnas senior Indonesia di Surabaya pada 3–9 September 2025.
“Kita harus tunjukkan Jawa Timur tangguh dan solid. Bersama TNI-Polri, ada control room sampai jam 12 malam untuk memastikan pengamanan maksimal,” katanya.
Penyampaikan Aspirasi Tetap Terjamin
Emil menegaskan, pemerintah tidak pernah menutup ruang demokrasi. Aksi protes dan penyampaian aspirasi masyarakat tetap dijamin, selama dilakukan secara damai.
“Yang melakukan kerusuhan itu bukan pendemo tulus. Mahasiswa dan elemen masyarakat yang benar-benar ingin Jawa Timur berbenah, mereka bagian penting demokrasi. Kami tidak ingin suara mereka hilang,” tegasnya.
Maka dari itu, Emil mengajak seluruh warga Jawa Timur untuk bersama-sama menjaga kondusivitas dan memetik hikmah dari kejadian ini.
“Sedulur Jawa Timur, mari kita doakan bangsa ini kembali kondusif. Ini momen untuk berbenah bersama. Percayalah, TNI, Polri, dan pemprov bekerja maksimal untuk keselamatan warga,” tutupnya.(dis/ham/rid)