
Eka Toniansah (15 tahun) masih menjalani trauma healing setelah tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali menimpanya bersama sang ayah, Rabu (2/7/2025) jelang dini hari.
Agus, paman korban, menceritakan bahwa keponakannya itu bisa selamat karena tangannya terus memegangi tubuh Eko Sastrio (51 tahun) ayahnya yang sudah tak sadarkan diri pada malam itu.
Remaja 15 tahun itu berjuang mempertahankan diri di samping tubuh sang ayah selama berjam-jam di lautan lepas dan terombang-ambing oleh ombak.
“Sampai jam 05.30 baru ditolong oleh nelayan,” ucap Agus, paman Toniansah, ketika ditemui awak media di kediamannya kawasan Kalipuro, Banyuwangi.
Agus mengutarakan, Eko dan Toni merupakan bapak-anak yang menjadi penumpang KMP Tunu Pratama Jaya. Sang ayah merupakan seorang sopir truk, sedangkan Toni menjadi kernetnya.
Menjelang malam tragis itu terjadi, Eko berniat merokok, tapi tak ada sisa rokok yang bisa dibakar. Eko akhirnya menyusul Toni yang berada di atas kapal tempat para penumpang.
“Tapi bapaknya kehabisan rokok. Jadi menyusul naik ke atas meminta rokok ke anaknya,” ucap Agus.
Ketika berada di atas kapal itulah, tiba-tiba KMP Tunu diduga terguncang ombak besar yang membuat laju kapal tak stabil. Membuat seluruh penumpang kapal panik dan berhamburan di setiap lorong hingga keluar ke haluan.
Di tengah kepanikan itu, Eko dan Toni buru-buru mencari jaket pelampung. Toni beruntung mendapat jaket dengan ukuran pas. Sementara ayahnya kekecilan, hingga tak bisa diikat.
Keduanya pun saling kebingungan. Namun waktu terus berjalan dan ombak terus mengguncang kapal. Perlahan KMP Tunu Pratama Jaya mulai masuk ke dalam air.
Toni terus dilema apabila loncat dan harus meninggalkan ayahnya. Mereka pun tetap bersama-sama hingga kapal karam. Akhirnya Eko dan Toni ikut tenggelam, sekitar 20 detik sebelum kembali muncul ke permukaan.
“Mereka tidak sempat melompat. Jadi sempat ikut terbawa kapal tenggelam, sekitar 20 detik,” tuturnya.
Toni berhasil naik ke permukaan Selat Bali dengan selamat. Bapaknya juga, namun dengan kondisi tak sadarkan diri. Eko diduga terlalu banyak kemasukan air.
Dengan sisa-sisa tenaga dan rasa trauma, Toni tetap bertahan sambil memegangi tubuh bapaknya di tengah gelapnya Selat Bali. Ia berharap tetap bisa selamat bersama-sama.
Selang berjam-jam, fajar mulai bersinar dan gelap perlahan memudar. Nelayan yang mulai beraktivitas menemukan Toni dan Eko mengapung di lautan sekitar pukul 05.30 WIB, Kamis (3/7/2025).
Keduanya langsung dievakuasi menuju daratan. Sang anak berhasil selamat, namun sang bapak telah berpulang. (wld/saf/faz)