Kamis, 23 Oktober 2025

Surabaya Masuk Daftar Kota dengan Udara Tercemar Mikroplastik, Air Hujan Ikut Terkontaminasi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi - Pegiat lingkungan membersihkan sampah di kawasan pesisir Wonorejo, Surabaya, pada Sabtu (26/7/2025). Foto: Ecoton

Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah bersama Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) masyarakat jurnalis lingkungan Indonesia, dalam penelitiannya menemukan bahwa sejumlah daerah di Indonesia memiliki udara yang terkontaminasi mikroplastik.

Dalam penelitian yang dilakukan pada Mei hingga Juli 2025 di 18 kota/kabupaten di Indonesia. Hasilnya, terdapat kontaminasi mikroplastik di udara.

Surabaya menjadi salah satu daerah yang udaranya ikut tercemar mikroplastik dengan jumlah 12 partikel/2 jam/90 cm. Rinciannya, 5 partikel jenis fiber dan 7 partikel jenis fragmen. Jumlah itu menempatkan Surabaya di posisi ke-8 dalam penelitian.

Di peringkat pertama ada Jakarta Pusat (37partikel /2jam/90cm) disusul oleh Jakarta Selatan (30), Bandung (16), Semarang (13) dan Kupang (13), Denpasar (12), Jambi (12), Surabaya (12), Palembang (10), Pontianak (10), Aceh Utara (10), Sumbawa (10), Palu (9), Sidoarjo (9), Gianyar (6), Solo (6), Bulukumba (4), dan Malang (3).

Prigi Arisandi Founder Ecoton mengatakan, jika udara tercemar mikroplastik, maka air hujan juga akan terkontaminasi mikroplastik.

“Karena air hujan akan membersihkan atmosfer, menyerap partikel termasuk didalamnya mikroplastik,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net pada Kamis (23/10/2025).

Selain Surabaya, Jakarta tercatat menjadi daerah dengan temuan mikroplastik tertinggi. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebelumnya juga mengungkap hal yang sama. Dalam penjelasannya, mikroplastik dalam air hujan berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik serta degradasi plastik di ruang terbuka.

Rafika Aprilianti kepala laboratorium mikroplastik Ecoton mengatakan, temuan BRIN didukung penelitian Ecoton dan SEIJ yang menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik udara Jakarta menempati peringkat teratas dibandingkan kota-kota lain yang diteliti.

“Tingginya mikroplastik di udara berdampak pada tingginya kadar mikroplastik dalam air hujan, karena air hujan menyerap material di atmosfer udara sehingga mikroplastik yang ada di udara tertangkap air hujan dan larut di dalamnya,” ucapnya.

Sementara itu, kota dengan kelimpahan mikroplastik udara terendah ditemukan di Malang, hanya 2 partikel dalam 2 jam. Hal didukung dengan rendahnya aktivitas industri dan pembakaran sampah serta dominasi vegetasi alami.

“Mikroplastik adalah potongan kecil plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Permukaannya mudah mengikat zat beracun di sekitarnya, seperti logam berat dan bahan kimia berbahaya lainnya. Karena itu, mikroplastik bisa menjadi hingga 106 kali lebih beracun dibandingkan logam berat tunggal, sebab membawa campuran berbagai polutan sekaligus,” jelasnya.

Data temuan mikroplastik di udara yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Foto: Ecoton-SEIJ

Sofi Azilan Aini koordinator relawan riset mikroplastik Ecoton menjelaskan, ada berbagai jenis mikroplastik yang ditemukan di udara yakni fiber, fragmen, polimer, poliester, nilon, polietilena, polipropilen, polibutadien, PTFE, epoxy, poliisobutylen poliolefin, dan silika. Dari seluruh jenis itu, yang paling dominan adalah fiber dan fragmen.

“Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik diudara karena 57 persen kebiasaan membakar sampah plastik, akibat buruknya layanan sampah di Indonesia menyumbang tingginya temuan kadar partikel mikroplastik di udara kita,” ungkapnya.

Penelitian tersebut menggunakan pemantauan deposisi pasif mikroplastik udara dengan analisis mikroskopik dan spektroskopi inframerah Fourier Transform (FTIR) untuk memastikan jenis polimernya.

Langkah penelitian meliputi Penempatan cawan petri kaca pada ketinggian 1-1,5 meter (zona pernapasan manusia) di lokasi representatif tiap kota. Dilanjutkan dengan Penangkapan partikel melalui deposisi alami selama 2 jam menggunakan kertas whatman basah steril. Kemudian dilakukan pemisahan partikel plastik dengan mikroskop stereo, identifikasi bentuk (fiber, film, fragmen), warna, ukuran, dan konfirmasi jenis polimer dengan FTIR.

Dengan kondisi itu, Ecoton mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis, yakni melarang pembakaran sampah terbuka, memperkuat penegakan hukum lingkungan dari tingkat kelurahan, meningkatkan fasilitas pemilahan sampah, memperluas jaringan zerowaste, mengembangkan sistem pengolahan organik, melakukan pemantauan berkala, menguatkan kampanye publik dan pendidikan lingkungan.

Dengan upaya tersebut, ia menyebut daerah yang terkontaminasi mikroplastik seperti Jakarta hingga Surabaya akan menurunkan emisinya, membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan, serta melindungi kesehatan masyarakat. (ris/saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Kamis, 23 Oktober 2025
26o
Kurs