
Pasukan Israel menahan lebih dari 1.000 warga Palestina di Kota Tulkarm, Tepi Barat bagian utara, dalam sebuah operasi besar yang memasuki hari kedua, Jumat (12/9/2025) waktu setempat.
Melansir Anadolu, menurut pejabat setempat, tentara Israel menutup akses utama kota, menggerebek rumah, toko, dan kafe, serta memaksa para pemuda berbaris untuk interogasi lapangan.
Saksi mata juga menyebut pasukan Israel merusak properti, menyita rekaman kamera pengawas, dan membawa alat berat termasuk buldoser ke pusat kota.
Abdullah Kamil Gubernur Tulkarm, menyebut operasi tersebut sebagai bentuk “hukuman kolektif.” Ia mendesak komunitas internasional dan kelompok hak asasi manusia segera turun tangan, serta memperingatkan dampak kemanusiaan yang serius.
Di sisi lain, media Israel melaporkan, operasi di Tulkarm merupakan respons atas serangan bom pinggir jalan terhadap kendaraan lapis baja Panther di dekat pos pemeriksaan Nitzanei Oz pada, Kamis (11/9/2025) lalu. Serangan itu menyebabkan dua tentara Israel luka ringan.
Brigade Al-Qassam sayap bersenjata Hamas bersama Brigade Al-Quds sayap militer Jihad Islam, mengklaim bertanggung jawab. Keduanya menyatakan telah meledakkan bom berdaya ledak besar yang menyasar pasukan Israel di dekat pos pemeriksaan tersebut.
Tulkarm kini menjadi salah satu titik panas operasi militer Israel di Tepi Barat bagian utara. Penggerebekan dan serangan hampir setiap hari meningkat sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sejak perang Gaza meletus, sedikitnya 1.020 warga Palestina tewas dan lebih dari 7.000 lainnya terluka di Tepi Barat akibat serangan pasukan Israel dan pemukim ilegal.
Situasi ini terjadi tak lama setelah Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli lalu menyatakan pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah ilegal. ICJ juga menuntut agar seluruh permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur segera dievakuasi. (bil/iss)