
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengevakuasi 2 anak yang merawat ayah dengan kondisi lumpuh kedua kaki, karena terungkap dugaan jadi korban kekerasan.
Pantauan suarasurabaya.net evakuasi itu berlangsung sore ini, Kamis (11/9/2025) pukul 15.00 WIB, dari rumah tinggal pria paruh baya inisial BS warga Kutisari Selatan, yang mengalami lumpuh kedua kaki sejak setahun terakhir.
Wawan Windarto Camat Tenggilis menyebut, evakuasi ini untuk menyelamatkan kedua anak perempuan inisial A (4 tahun) dan laki-laki inisial B (7 tahun), di mana setahun terakhir merawat ayah dan tidak sekolah, sekaligus diduga mendapat perlakuan kekerasan dari sang ayah.
“Sebenarnya kan target kita ini untuk menyelamatkan anaknya supaya bisa mendapatkan pengasuhan yang sebaik-baiknya termasuk juga hak sekolah gitu ya,” katanya saat ditemui di lokasi.
BS juga dibawa ke Rumah Sakit (RS) Menur untuk mendapat pemeriksaan sekaligus perawatan, karena diduga mengalami komplikasi penyakit selain lumpuh kedua kaki pascajatuh dari kamar mandi.
“Ini juga koordinasi dengan DP3APPKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana), Dinsos (Dinas Sosial), anak-anak ini sudah nanti insyaAllah diamankan di LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak),” bebernya.
Ia membantah pemerintah tak pernah memberi bantuan ke BS dan anak-anaknya. Selama ini BS tidak berkenan anak-anaknya diasuh pihak lain dan kekeuh tetap merawat.
“Anaknya yang pertama (BE) itu juga sudah sempat kita akseskan untuk dapat apa ya KTP-nya kemarin, kemudian juga nanti kita kejar paket kan karena sudah usia 17 gitu kan. Jadi itu. Jadi enggak benar kalau memang itu ya yang dimaksud bantuan itu apa,” ungkapnya.
Sementara menurut Dokter Heni Agustina Kepala Puskesmas Tenggilis membenarkan dugaan kekerasan yang dilakukan BS terhadap anak keduanya B.
Saat pemantauan kesehatan BS Senin (8/9/2025) lalu, petugas mendapati kondisi mata B lebam dan luka, namun saat ditanya dia berdalih terjatuh. Di hari yang sama, BS akhirnya mengakui, sudah melakukan kekerasan berupa memukul menggunakan rotan beberapa hari sebelumnya.
“Saya tanya, ‘Pak, sebenarnya matanya berdarah ini itu kenapa? Kok sampai seperti itu? Kan kalau infeksi biasa enggak mungkin’. Terus dia cerita, ‘Iya Bu, saya terus terang memang beberapa hari yang lalu itu saya emosi, saya marah, akhirnya saya lempar pakai rotan kena matanya dia’. Tapi kalau misalnya dilempar dari jarak jauh kan enggak mungkin seperti itu ya. Mungkin ngelemparnya atau memukulnya dari jarak dekat itu,” paparnya.
Sementara kondisi BS, mengalami tensi tinggi, punya riwayat hipertensi, diabetes, dan gangguan ginjal. Kondisinya semakin parah pascajatuh lalu lumpuh di kedua kaki.
“Pada saat kami datang beliaunya sudah punya obat tekanan darah tinggi dan itu masih banyak sekali. Obat diabetes dia juga konsumsi. Jadi saat itu kami sarankan untuk meneruskan obat yang sudah dia punya. Kami juga sudah memberikan nomor telepon kami untuk sewaktu-waktu kalau ada kondisi-kondisi yang apa berhubungan dengan kesehatan bisa kontak kami,” ungkapnya.
Pernyataan Wawan dan Dokter Heni itu diperkuat Sunoko Ketua RT 01 setempat. BS memang diketahui sering melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) hingga mengakibatkan istrinya melarikan diri sepekan setelah kelahiran A, anak terakhirnya.
6 bulan lalu, BE juga melarikan diri, setelah mengaku ke warga, tidak lagi kuat mendapat perlakuan kekerasan dari ayahnya.
“(Kaburnya BE) atas sepengetahuan (warga) cuma kan kita itu ya menolong gimana supaya orang tuanya itu tidak mengetahui,” ungkapnya.
Sebelum lumpuh, sepengetahuan Sunoko, BS bekerja di usaha katering. “Kurang tahu di daerah mana. Jatuhnya di kamar mandi Juni 2024,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, evakuasi ini tindak lanjut dari laporan sejumlah pendengar Suara Surabaya sejak pekan lalu yang disampaikan ke pemkot hari ini.(lta/kir/ham)