Sabtu, 18 Oktober 2025

Tiga Rumah Sakit Milik Pemkot Surabaya Perkuat Sinergi dan Inovasi Layanan Kesehatan Publik

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
(dari kiri ke kanan) dr. Arif Setiawan Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH), dr. Billy Daniel Messakh Direktur RSUD dr. Mohamad Soewandhie, dr. Listyorini Rarasingtyas Direktur RSUD Eka Candrarini Surabaya saat mengikuti talkshow Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (17/10/2025). Foto: M. Irfan Azhari Mg suarasurabaya

Kesehatan publik menjadi fondasi utama dalam menjaga kualitas hidup warga kota. Di tengah tantangan zaman ini, mulai dari tekanan pandemi, keterbatasan sumber daya, hingga tuntutan transformasi digital, ada tiga rumah sakit di bawah naungan Pemerintah Kota Surabaya yang terus memainkan peran strategis.

Tidak hanya sebagai penyedia layanan medis, tetapi juga sebagai garda terdepan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem kesehatan Kota Pahlwan.

Ketiga rumah sakit tersebut adalah RSUD dr. Soewandhie, RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH), dan RSUD Eka Candrarini (EC) yang kini membangun konektivitas layanan agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang cepat, terpadu, dan merata di seluruh wilayah Surabaya, baik dari timur, barat, hingga pusat kota.

Menurut dr. Billy Daniel Messakh, Direktur Utama RSUD dr. Soewandhie Surabaya, tantangan utama layanan kesehatan saat ini tidak hanya pada aspek pengobatan, tetapi juga pencegahan. Karenanya, rumah sakit harus hadir lebih awal sebelum warga jatuh sakit.

“Tantangan rumah sakit saat ini adalah ke pelayanan kesehatan, mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pada kita rehabilitasi. Jadi, untuk pencegahannya kita akan melihat kasus terbanyak atau apa yang ada di masyarakat Kota Surabaya,” ujar dr. Billy saat mengisi program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (17/10/2025).

Menurutnya, penyakit yang paling banyak ditemukan di rumah sakit Surabaya saat ini adalah diabetes mellitus (DM). Ia menyebut penyakit ini sebagai mother of diseases karena menjadi pemicu berbagai komplikasi seperti hipertensi, gagal ginjal, dan penyakit jantung koroner.

“Kayaknya diabetes mellitus ini disebut mother of diseases, melahirkan banyak penyakit. Penyakit jantung koroner, hipertensi, gagal ginjal, itu semua bersumber dari diabetes dulu,” tuturnya.

Sebagai langkah pencegahan, kata dia, tiga rumah sakit Pemkot Surabaya kini menyediakan layanan medical check up dengan berbagai paket yang disesuaikan usia dan kebutuhan masyarakat.

“Inovasi untuk pelayanan dari pencegahan ini, kita berusaha agar masyarakat sedini mungkin mengetahui berpotensi atau tidak ke arah penyakit, dengan cara medical check up. Sekarang usia DM makin muda, 30–35 tahun pun sudah banyak,” jelasnya.

dr. Billy menambahkan, layanan ini penting karena tidak ditanggung oleh BPJS, sehingga warga diimbau untuk lebih waspada terhadap kesehatannya.

“Karena belum sakit, BPJS tidak menanggungnya. Karena itu masyarakat Kota Surabaya diminta untuk alert, waspada, untuk mau menjaga,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, dr. Arif Setiawan, Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya, mengatakan kolaborasi antarrumah sakit di bawah Pemkot Surabaya terus diperkuat.

Tahun depan, BDH akan menghadirkan fasilitas Cath Lab untuk mempercepat penanganan penyakit jantung koroner tanpa harus dirujuk ke rumah sakit lain.

“Kalau untuk jantung, tahun depan kita sudah ada cat lab untuk mengurangi risiko ketika merujuk ke RSUD Soewandhie. Termasuk nanti yang sekarang DSA, itu istilahnya brain wash, juga akan ada. Jadi kita terus meningkatkan pelayanan terutama yang berhubungan dengan akibat dari diabetes mellitus,” ungkap dr. Arif.

Selain itu, lanjutnya, BDH juga menyiapkan ruang rawat inap khusus untuk pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RU) berkapasitas delapan tempat tidur, yang ditargetkan beroperasi awal tahun depan.

“Kita sedang membangun ruangan rawat inap khusus TB-RU, delapan bed, empat laki-laki, empat perempuan. Proses pembangunan direncanakan akhir tahun ini selesai dan awal tahun depan sudah beroperasi,” katanya.

Tak hanya itu, BDH juga memperluas fasilitas parkir untuk kenyamanan pasien dan pengunjung, serta menambah kapasitas tempat tidur dari 201 menjadi 211 bed.

“Kami tetap berkolaborasi dengan tiga rumah sakit ini saling melengkapi. Kalau di BDH itu di Surabaya Barat, Soewandhie di pusat-utara, dan Eka Candrarini di timur. Kami saling koordinasi terutama dalam hal rawat inap yang sering penuh,” jelasnya.

Sementara rumah sakit termuda di jajaran Pemkot Surabaya, RSUD Eka Candrarini, kini juga dalam masa transisi menuju operasional penuh, pascadibuka secara resmi pada September 2024 lalu.

dr. Listyorini Rarasingtyas, Direktur RSUD Eka Candrarini, mengatakan rumah sakit ini hadir untuk memperkuat layanan kesehatan di kawasan Surabaya Timur yang sebelumnya belum terlayani maksimal.

“Banyak masyarakat mungkin belum tahu bahwa Pemkot Surabaya juga hadir untuk melayani kesehatan warga di daerah timur dalam bentuk Rumah Sakit Eka Candrarini ini,” kata dr. Listyorini.

Eka Candrarini sendiri, kini sudah memiliki 21 klinik layanan, dengan dukungan 54 dokter spesialis dan fasilitas rawat inap yang terus dilengkapi. Fokus utamanya adalah pelayanan komprehensif bagi keluarga, terutama ibu dan anak.

“Kami memperkuat layanan untuk keluarga, untuk wanita dan anak. Jadi mulai dari merencanakan kehamilan, konsultasi nutrisi, melahirkan, kontrol anak, sampai rehabilitasi medik, semua ada,” ujar dr. Tyas sapaan akrabnya.

Ia menegaskan, meski unggulannya di bidang ibu dan anak, RSUD Eka Candrarini tetap berfungsi sebagai rumah sakit umum dan bagian dari sistem rujukan terpadu dengan BDH dan Soewandhie.

“Kalau misalnya ada pasien serangan jantung ke Eka Candrarini dan butuh cat lab, kita langsung kolaborasi cepat kirim ke Soewandhie. Kita juga siapkan fast track untuk heart stroke,” jelasnya.

Menurut dr. Listyorini, pelayanan yang nyaman dan ramah keluarga menjadi salah satu ciri utama rumah sakit ini. “Kalau rumah sakit umum kan sering kesannya padat, crowded. Jadi kita menyiapkan tempat yang nyaman untuk ibu dan anak,” tambahnya.

Adapun sinergi dan konektivitas tiga rumah sakit ini, jadi bukti sistem kesehatan di Kota Surabaya semakin terintegrasi. Dengan dukungan layanan pencegahan, fasilitas jantung terpadu serta ramah keluarga, Pemkot Surabaya menegaskan komitmennya menghadirkan pelayanan kesehatan publik yang terintegritas. (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 18 Oktober 2025
29o
Kurs