Sabtu, 4 Oktober 2025

Tim DVI Polri Hadapi Kendala Identifikasi Korban Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Jenazah korban Ponpes Al-Khoziny saat tiba di Post Mortem RS Bhayangkara Surabaya, pada Jumat (3/10/2025). Foto: Risky suarasurabaya.net

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri mengalami sejumlah kendala saat mengidentifikasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Kompol Naf’an Kaur Kesehatan Kamtibmas Subdit Dokpol Biddokes Polda Jatim menjelaskan, tim sudah mengambil sampel DNA sembilan korban untuk dicocokkan dengan 57 sampel keluarga yang sudah dikumpulkan sebelumnya.

“Kami telah mengambil sampel DNA dari korban sebanyak 9 jenazah. Kemudian kami juga sudah mengambil sampel dari keluarga korban sebanyak 57 pasangan ortu korban,” kata Naf’an di Posko BNPB di lokasi kejadian, Sabtu (4/10/2025).

Identifikasi itu mengacu standar internasional DVI, yang dibagi dalam dua metode yaitu primer dan sekunder.

Metode primer terdiri dari pencocokan sidik jari, gigi, dan DNA. Jika metode ini gagal, pencocokan sekunder dilakukan dengan data medis dan properti pribadi korban.

Per Sabtu (4/10/2025) pagi ini, sembilan DNA jenazah korban dan 57 sampel keluarga korban sudah dikirim ke Jakarta untuk proses uji pencocokan.

“Kami sudah lakukan pengambilan sampel DNA sembilan jenazah yang ada di RS Bhayangkara Surabaya. Dan sampel pembanding dari orang tua pagi ini sudah diterbangkan ke Jakarta,” jelasnya.

Namun, hasil identifikasi DNA tidak bisa diperoleh cepat karena Indonesia hanya memiliki satu laboratorium DNA di Cipinang, Jakarta.

“Sesuai SOP hasilnya 2-3 minggu tergantung tingkat kesulitan juga ekstraknya dari pada sampel tergantung juga apakah ada beban lain yang diperiksa karena pusdok Polri seluruh Indonesia hanya memiliki satu lab DNA yaitu Cipinang,” ungkapnya.

Kendala lain, mayoritas korban anak-anak yang belum punya KTP maupun merekam sidik jari resmi. Tim kesulitan mencari pembanding identitas.

“Tingkat kesulitannya adalah di antaranya rata-rata belum ber-KTP. Sehingga kalau sebagai pembanding korban adalah kita berusaha meminta apakah itu rapot, apakah itu ijazah yang dipunyai. Yang ada cap jempol maupun sidik jarinya dari tiga jari,” ucapnya.

“Tetapi itu juga ada tingkat kesulitannya. Beberapa yang kami terima itu, karena tinta nya terlalu tebal tidak bisa dengan jelas dan dirumus oleh tim inafis juga kesulitan,” imbuhnya lagi.

Kondisi jenazah yang sudah tertimbun reruntuhan berhari-hari juga mengalami proses pembusukan, membuat sidik jari sulit diambil secara utuh.

“Di samping itu korban juga sudah terjadi pembusukan. Tingkat kesulitan beliaunya mengambil sidik jari jenazah untuk dirumus jadi kesulitan. Jadi kira-kira demikian,” tambah Naf’an.

Diketahui, hingga Sabtu sore ini korban yang berhasil ditemukan berjumlah 119 orang. Terdiri 104 dalam kondisi selamat, 15 meninggal dunia. Sedangkan yang belum ditemukan berjumlah 48.

Berikut data lima korban tewas ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny yang sudah teridentifikasi:
1. Maulana Alfan, 15 tahun (RSI Siti Hajar)
2. Mochammad Mashudul Haq, 14 tahun (RSUD R.T Notopuro Sidoarjo)
3. Muhammad Soleh, 22 tahun (RSUD R.T Notopuro Sidoarjo)
4. Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas, 17 tahun (RSI Siti Hajar)
5. Moch Agus Ubaidillah, 14 tahun (RSI Siti Hajar)

(lta/saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 4 Oktober 2025
29o
Kurs