
Gelombang unjuk rasa melanda berbagai kota besar di Italia pada, Kamis (2/10/2025), sebagai bentuk protes atas tindakan pasukan Israel yang mencegat kapal-kapal dalam armada Global Sumud Flotilla dan menahan aktivis yang berlayar menuju Jalur Gaza.
Melansir Antara, aksi protes sudah berlangsung sejak, Rabu (1/10/2025), di mana sekitar 10.000 orang turun ke jalan di Roma. Unjuk rasa juga memanas di Napoli dan Pisa, ketika massa menduduki jalur rel kereta. Ketegangan serupa terjadi di Milan, Piazza della Scala, dan Turin.
Pada Kamis, mahasiswa di sejumlah universitas melakukan aksi menduduki kampus. Di Milan, aksi terjadi di Universita Statale, sementara di Roma mahasiswa Fakultas Sastra Universitas La Sapienza ikut terlibat. Aksi serupa juga muncul di Fakultas Humaniora Universitas Turin.
Bentrok juga tak terhindarkan di stasiun kereta Bologna, ketika polisi berusaha menghalangi siswa sekolah menengah dan mahasiswa yang hendak menduduki area stasiun. Polisi bahkan menggunakan tongkat untuk membubarkan massa. Sementara itu, mahasiswa memblokade akses ke gedung rektorat Universitas Bologna.
Situasi semakin memanas setelah serikat buruh USB dan CGIL mengumumkan rencana mogok kerja massal pada, Jumat (3/10/2025). Aksi tersebut akan dilakukan di seluruh Italia sebagai bentuk kecaman terhadap serangan Israel terhadap Global Sumud Flotilla.
“Global Sumud Flotilla telah diserang, mogok massal pada 3 Oktober, Israel menyerang hukum internasional,” tegas USB dalam pernyataan resmi, sembari menambahkan bahwa kini adalah saatnya “memblokade semuanya.”
USB sebelumnya juga telah menggelar mogok nasional untuk Gaza, dengan aksi protes di 80 kota melibatkan sekitar 500.000 orang. Namun aksi itu diwarnai kericuhan di Milan, ketika sekitar 100 orang yang disebut “ekstremis” bentrok dengan polisi, menyebabkan 60 petugas terluka.
Rencana mogok massal memicu respons keras dari pemerintah Italia. Matteo Salvini Menteri Perhubungan Italia, menyatakan siap melarang aksi tersebut.
Giorgia Meloni Perdana Menteri pun ikut mengecam, bahkan menyindir keberadaan flotilla. “Saya ulangi, flotilla tersebut tak membawa manfaat apa-apa bagi rakyat Palestina,” kata Meloni di Kopenhagen, Denmark.
“Sebaliknya, hal itu justru membawa ketidaknyamanan bagi rakyat Italia.”
Meloni juga mengkritik serikat buruh yang menyerukan mogok nasional. “Saya tidak menyangka serikat buruh akan menyerukan mogok massal terkait isu yang mereka anggap penting seperti Gaza. Libur panjang dan revolusi tak dapat beriringan,” ujarnya.
Namun, pernyataan Meloni memicu kecaman balik dari oposisi. Elly Schlein pemimpin Partai Demokrat (PD), menilai PM Italia justru bersikap keras kepada para aktivis flotilla, namun bungkam soal serangan Israel ke Gaza.
“Perdana Menteri mengeluarkan tongkat pemukulnya untuk para aktivis flotilla, sementara ia membisu terkait isu Gaza supaya tidak timbul gesekan dengan Netanyahu,” kata Schlein dalam rapat DPR Italia usai Antonio Tajani Menteri Luar Negeri melaporkan kondisi warga Italia yang ikut flotilla.
Ia mendesak Meloni agar mengambil sikap tegas demi perdamaian. “Kita sama sekali belum mendengar ungkapan kecaman atau penolakan terhadap aksi pembajakan Netanyahu terhadap flotilla,” lanjutnya.
Menurut Schlein, suara rakyat Italia yang menolak agresi Israel ke Gaza semakin kuat dan tak bisa dibungkam. “Tak bisa diterima sama sekali ketika pemerintah berusaha meredam seruan mereka. Setop kriminalisasi setiap protes,” tegasnya. (ant/bil/ipg)