Rabu, 3 Desember 2025

Unusa dan UNICEF Luncurkan Pedoman Baru untuk Mengatasi Stunting

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama UNICEF meluncurkan pedoman strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) baru untuk mengatasi stunting. Foto: Unusa

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama UNICEF meluncurkan pedoman strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) baru, sebuah panduan untuk memperkuat strategi komunikasi lintas sektor dalam menekan angka stunting.

Sa’bania Person in Charge (PIC) sekaligus dosen Unusa mengatakan, pedoman strategi KPP yang diluncurkan itu berisi panduan komprehensif mengenai cara menyampaikan pesan kesehatan secara tepat sasaran, yakni mencakup segmentasi target sasaran, perumusan pesan inti, pendekatan komunikasi yang relevan dengan konteks budaya lokal, serta mekanisme koordinasi lintas sektor.

“Dengan adanya pedoman ini, berbagai elemen pelaksana di lapangan diharapkan memiliki standar yang seragam dalam mengedukasi masyarakat,” katanya, Rabu (3/12/2025).

Penyusunan pedoman itu, kata dia, dilakukan Unusa dengan UNICEF selama satu tahun terakhir yang bekerja intensif dengan berbagai OPD di Kabupaten Lumajang untuk merumuskan strategi komunikasi yang berbasis data, evidence, dan kondisi sosial masyarakat.

“Dokumen ini merupakan bentuk kontribusi dalam memetakan strategi komunikasi lintas sektor, baik sektor kesehatan maupun non-kesehatan seperti perangkat desa. Harapannya, pedoman ini tidak hanya menjadi panduan bagi Lumajang, tetapi juga dapat direplikasi oleh daerah lain,” ucapnya.

Dia melanjutkan, program percepatan penurunan stunting di Lumajang selama ini telah menunjukkan berbagai kemajuan, namun tantangan di lapangan tetap ada, seperti perilaku pengasuhan, akses pangan bergizi, hingga kebiasaan sanitasi yang perlu ditangani melalui pesan komunikasi yang konsisten dan mudah dipahami masyarakat.

Pihaknya berharap, kehadiran pedoman baru itu bisa memperkuat strategi dalam menangani kasus stunting, serta memiliki dampak nyata bagi peningkatan kualitas kesehatan anak-anak dan memperkuat fondasi pembangunan sumber daya manusia yang lebih baik di masa depan.

“Semoga upaya menurunkan stunting tidak hanya semakin terarah, tetapi juga lebih terintegrasi,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Indah Amperawati Masdar Bupati Lumajang menyebut, stunting merupakan persoalan yang menyangkut kualitas generasi muda di masa mendatang, termasuk produktivitas. Sehingga, harus mendapat perhatian serius.

“Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami hambatan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif. Ini bukan hanya soal kekurangan gizi, tetapi persoalan masa depan sumber daya manusia kita,” ujarnya.

Penanganan stunting, kata dia, memerlukan pendekatan yang jauh lebih komprehensif daripada sekadar penanganan medis. Dia menilai perubahan perilaku masyarakat, mulai dari cara berpikir hingga pola hidup sehari-hari, menjadi faktor krusial yang tidak boleh dikesampingkan.

“Penanganannya tidak bisa dilakukan secara biasa-biasa saja. Pemerintah dan masyarakat harus bergerak bersama. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi tenaga kesehatan, kader posyandu, pemerintah desa, tokoh masyarakat, hingga media lokal dalam menyampaikan pesan yang lebih efektif,” pungkasnya.(ris/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Rabu, 3 Desember 2025
27o
Kurs