Minggu, 28 April 2024

Tidak Ada Komplain Penyelenggaraan, Piala Dunia U-17 di Surabaya Berjalan Lancar

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Erick Thohir Ketua Umum PSSI (kiri) dan Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya (kanan) berfoto bersama Trophy Piala Dunia U-17 di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (29/10/2023). Foto: Chandra suarasurabaya.net

Piala Dunia U-17 Indonesia sudah selesai. FIFA (asosiasi sepak bola dunia) mengapresiasi perhelatan ini dan PSSI mengaku bangga dan berterima kasih.

Dalam sebuah wawancara, Erick Tohir Ketua Umum PSSI memuji masing-masing kota yang menjadi venue pesta bola dunia empat tahunan itu. Surabaya bersama Solo, Bandung, dan Jakarta dinilai sukses menggelar pesta bola empat tahunan tersebut.

Namun begitu, ada tiga evaluasi yang diberikan FIFA pada Indonesia atas penyelanggaraan Piala Dunia U-17 ini. Yaitu pertama tentang perencanaan yang mepet. Kedua, perbedaan sistem manajemen di FIFA dan Indonesia sehingga dinilai sedikit menyulitkan monitoring FIFA.

Sedangkan ketiga, berupa pesan agar terus berprogres agar kualitas pertandingan semakin lebih baik.

Lalu bagaimana dengan evaluasi penyelenggaraan di Surabaya?

“Tidak ada komplain dari peserta timnas (yang tergabung di grup A Piala Dunia U-17),” kata Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudporapar) Kota Surabaya dalam diskusi “Mengevaluasi Gelaran Piala Dunia U-17” dalam Program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya FM 100, Jumat (8/12/2023).

Sekadar diketahui, Surabaya menjadi tuan rumah untuk delapan pertandingan dalam turnamen ini. Lima pertandingan penyisihan grup A, satu pertandingan grup B, dan dua pertandingan babak 16 Besar sukses digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT).

Menurut Wiwiek, ada catatan-catatan kejadian sepanjang turnamen yang menjadi evaluasi. Tapi bukan dari hal persiapan, melainkan kejadian tak terduga saat perhelatan.

Seperti saat satu bagian plafon stadion terangkat karena diterpa angin yang disertai hujan deras menjelang pertandingan Maroko melawan Indonesia pada Kamis 13 Desember 2023. Timnya langsung menangani dan menyelesaikannya.

“Setiap hari, begitu mendapatkan persoalan, kami langsung atasi. Tidak menunggu besok,” katanya.

Sama halnya dengan persoalan shuttle bus di hari pertama. Aman saat penjemputan menuju GBT, tapi saat pertandingan selesai, penonton berebut masuk shuttle bus hingga menyebabkan antrean panjang dan terlantar.

Hari kedua penyelenggaraan, kata Wiwiek, timnya langsung mengevaluasi dan diatur dengan buka tutup. Penonton yang sudah keluar GBT giliran masuk dan didampingi. Rutenya pun diatur lebih rapi agar ketersediaan shuttle bus cukup.

“Kita atur flow-nya dan berjalan lancar,” kata Wiwiek.

Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudporapar) Kota Surabaya dalam diskusi Semanggi Suroboyo “Mengevaluasi Gelaran Piala Dunia U-17” Radio Suara Surabaya, Jumat (8/12/2023). Foto: Rouna suarasurabaya.net

Pelajaran dari Perhelatan

Wiwiek juga mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari kesempatan menjadi tuan rumah pertandingan olahraga skala internasional. Seperti memperhatikan detil proses sepanjang acara dan semua mekanisme dilakukan dengan teliti.

Tidak hanya transportasi, tapi juga memperhatikan semua elemen di dalam stadion. Seperti ruang ganti, lorong yang dilewati pemain, dan paling utama adalah rumput stadion.

Wiwiek bercerita, para pemain timnas negara lain yang akan berlaga di GBT, tiba di Surabaya jauh hari sebelum pembukaan. Mereka melihat-lihat stadion, menyentuh rumput, dan mencoba menendang bola di atasnya.

“Mereka mengapresiasi. Tapi kami juga deg-degan, karena itu kan belum pertandingan sungguhan,” ceritanya.

Tidak hanya itu. Wiwiek juga mendapat apresiasi soal keramahan warga Surabaya. Ada yang bercerita padanya, bahwa para pemain timnas grup A sempat jalan-jalan ke Jalan Tunjungan, karena tempat menginap mereka di lokasi tersebut.

Dan mereka memuji perlakuan warga yang berpapasan di jalan itu. Tidak hanya bertegur sapa, mereka juga melayani permintaan swafoto dengan baik.

Dalam diskusi 90 menit itu, ada banyak pendengar yang ikut bergabung, baik melalui saluran telepon maupun WhatsApp. Semuanya mengapresiasi, disertai beberapa catatan. Seperti tentang tidak adanya info tidak boleh bawa makanan ke area, harga makanan yang mahal, dan tempat sampah di luar stadion yang jauh.

Soal harga makanan dan minuman yang mahal, Wiwiek akan menyampaikan catatan itu pada LOC (local organizing comittee), panitia lokal di Indonesia. Karena menurutnya, pengaturan makanan dan minuman yang beredar di area adalah kewenangan LOC.

Sementara untuk tempat yang jauh di luar parimeter, sudah menjadi catatan Pemkot Surabaya. Wiwiek mengatakan bahwa timnya sudah menempatkan tempat sampah di masing-masing gate penonton yaitu gate A, B, C, dan E. Dan di masing-masing gate juga ditempatkan marshall untuk menjaga.

Namun jika masih ada keluhan tentang jangkauan tempat sampah ini, akan menjadikannya sebagai bahan evaluasi.

Selain itu, ada juga pendengar yang memberi saran. Yaitu tentang menyediakan free hotspot/wifi di area food court. Tujuannya, agar para penonton yang mengalami susah sinyal saat membeli makan dan minuman, bisa menggunakan pembayaran digital dengan mudah.

Terakhir, Wiwiek mengapresiasi timnya dan seluruh kota yang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Dia berterima kasih atas kerendahan hati dan sikap militan semua pihak untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah yang baik.

“Ini (Piala Dunia U-17) adalah pekerjaan komunal. Terima kasih semuanya,” tutupnya. (ham/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
33o
Kurs