
Gerakan Mengajak Sedekah (Geng Gemes) bersama Persatuan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas), Arung Nusantara dan Beyond the Soccer menggelar laga amal untuk membantu pembinaan sepak bola amputasi.
Aksana Hendra Putra Koordinator Geng Gemes mengatakan, seluruh hasil penjualan tiket pertandingan disumbangkan untuk mendukung para atlet difabel.
“Awalnya, kami mendapat curhatan dari teman-teman difabel yang juga bermain sepak bola amputasi. Mereka kesulitan biaya untuk latihan. Akhirnya, kami sesama pencinta bola mengadakan laga amal ini. Seluruh hasil tiket pertandingan akan digunakan untuk bantuan pembinaan sepak bola amputasi,” katanya di Lapangan Mini Soccer, Grand City, Surabaya, Minggu (10/8/2025).
Laga amal tersebut diikuti oleh enam tim dengan total 42 pemain. Seluruhnya bermain secara bergantian di lapangan mini soccer yang berada di atas gedung tersebut.
Pihaknya juga berkomitmen untuk mendampingi anak difabel yang bercita-cita menjadi pemain bola, tetapi harus menjalani amputasi. Pendampingan kelanjutan itu, salah satunya berfokus pada kaki palsu yang setiap pertumbuhan anak butuh kaki palsu baru.
“Geng gemes kan lebih ke anak-anak ya, jadi hari ini ada lima anak difabel yang dulu bercita-cita menjadi pemain bola, namun karena keadaan terpaksa diamputasi, otomatis kita mendampingi mereka sampai mereka besar, supaya bisa mewujudkan mimpi mereka,” jelasnya.
Ia berharap, sepak bola amputasi ke depan mendapat lebih banyak perhatian. Apalagi, mereka juga bisa menunjukkan kemampuan hingga di tingkat nasional.
“Sehingga kesulitan-kesulitan latihan tidak sampai terjadi lagi,” tuturnya.
Sementara itu, Syifa’ul Qulub dari Beyond the Soccer mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya mengaitkan hobi dengan kegiatan sosial.
“Kami juga punya program hobi yang ada kaitannya dengan kegiatan sosial. Itulah mengapa kami terlibat, karena ada nilai sosialnya. Jika Persas membutuhkan bantuan lanjutan seperti kaki palsu, insyaallah kami siap mendukung,” jelasnya.
Kegiatan itu, kata dia, tidak hanya memiliki nilai fun, melainkan juga ada nikai kebersamaannya.
“Ada nilai gotong royongnya, yang mana itu jadi nilai warisan leluhur juga, jadi selain bermain bola juga bisa bantu orang lain,” pungkasnya. (ris/saf/ham)