Perjuangan Agita Desi Dwijaning Ayu membangun sepak bola putri di Kabupaten Gresik tidak hanya terjadi di lapangan. Manajer Persegres Putri itu lebih sering bertanding di ruang yang berbeda: meyakinkan para orang tua agar mengizinkan putrinya bermain sepak bola.
Di Gresik, yang dikenal sebagai Kota Santri, sepak bola bagi perempuan masih dianggap hal yang umum. Banyak orang tua menempatkan kegiatan keagamaan dan pendidikan formal sebagai prioritas utama sehingga olahraga kerap menjadi pertimbangan terakhir.
“Kadang masih dianggap tabu. Saya harus pelan-pelan memberi pemahaman ke orang tua,” kata Agita di sela kompetisi Hydroplus Soccer League di Lapangan Bogowonto, Surabaya, Sabtu (6/12/2025).
Sebagai guru di SMPN 4 Gresik, Agita memulai langkahnya dari lingkungannya sendiri. Ia mengajak siswi-siswi yang berminat, lalu mendatangi orang tua satu per satu untuk memberikan penjelasan. Setelah itu, ia memperluas sosialisasi ke sekolah lain seperti SMPN 3 Gresik, SMPN 17 Gresik, dan SMPN 1 Gresik.
Butuh kesabaran dan strategi. Agita kerap menggunakan pendekatan personal dan langsung menyampaikan manfaat kegiatan olahraga, baik untuk kesehatan maupun pembentukan karakter.
“Saya jelaskan risikonya, kelebihannya, semuanya transparan. Yang penting orang tua tahu bahwa ini pembinaan, bukan sekadar bermain,” ujarnya.
Agita juga aktif memanfaatkan media sosial. Ia membuat konten, mengunggah kegiatan latihan, hingga membagikan tautan pembinaan sepak bola nasional agar orang tua semakin memahami dunia yang digeluti anak-anak mereka.
“Kalau pun tidak jadi pemain nasional, mereka tetap punya bekal untuk hidup bermasyarakat. Itu yang saya tekankan,” ucapnya.
Usaha konsisten itu mulai tampak hasilnya. Dukungan orang tua kini perlahan menguat. Mereka tidak hanya mengizinkan, tetapi juga ikut mendampingi. Askab PSSI Gresik serta lingkungan sekolah turut memberikan sokongan sehingga pembinaan berjalan lebih stabil.
Saat ini Persegres Putri memiliki 22 pemain, mayoritas dari kelompok usia U-15 ke bawah. Meski jumlah yang hadir dalam latihan sering berubah antara 15–17 pemain, proses terus berjalan di Stadion Semen Gresik dan lapangan SSB milik Agita, Gresik Generasi (G2).
Bagi Agita, perjalanan merayu para orang tua sama beratnya dengan melatih para pemain. Namun, ia tidak pernah mengendurkan semangat.
“Perempuan tangguh itu tidak boleh putus asa. Terus maju dan bekerja keras, karena proses tidak akan mengkhianati hasil,” tegasnya.
Sementara itu, Arema FC Women kembali menunjukkan taringnya pada lanjutan kompetisi Hydroplus Soccer League. Pada pekan kelima, mereka menang tipis 5-4 atas Srikandi Mojopahit FC dalam laga yang berlangsung ketat hingga akhir.
Meski meraih tiga poin, pelatih Nanang Habibi belum sepenuhnya puas dengan performa tim. Ia menilai permainan anak asuhnya masih jauh dari maksimal karena beberapa perubahan komposisi pemain.
Salah satu yang cukup berpengaruh adalah pergantian penjaga gawang. Nanang menjelaskan bahwa kiper utama baru saja tampil di turnamen di Kudus dan masih dalam tahap pemulihan fisik, sehingga Arema FC Women harus menurunkan kiper pelapis.
“Pekan ini rotasi cukup besar. Beberapa pemain yang biasanya tampil tidak masuk line-up, jadi perlu adaptasi lagi. Itu membuat performa anak-anak kurang maksimal,” ujar Nanang setelah pertandingan. (saf/faz)
NOW ON AIR SSFM 100
