
Ricky Bastian Ketua Bidang Humas Pengprov PBPI Jawa Timur (Jatim) mengungkapkan, terdapat sembilan venue padel yang terdaftar dengan 56 lapangan aktif di Surabaya.
Dengan tingginya antusiasme masyarakat terhadap olahraga padel di Surabaya, ia memprediksi bakal ada peningkatan jumlah lapangan pada tahun 2026.
“Kalau ditotal, sekarang ini masih di bawah 15 venue, tapi targetnya pada tahun 2026 nanti bertambah jadi 150 court di Surabaya saja,” ujarnya.
Ricky mengatakan, padel diminati masyarakat bukan hanya karena faktor olahraga, tetapi juga telah menjadi gaya hidup.
Bahkan, katanya, lapangan padel saat ini juga menjadi peluang bisnis yang menarik seiring dengan tingginya antusiasme masyarakat, apalagi waktu balik modal juga tidak lama.
“Kalau bangunannya sudah jadi, tidak banyak renovasi, tinggal lapangannya saja, itu kurang lebih di bawah enam bulan bisa balik modal. Tapi kalau misalnya perlu pembangunan, itu kurang lebih delapan hingga 12 bulan,” ucapnya.
Modal yang dibutuhkan untuk satu lapangan padel, lanjutnya, berkisar antara Rp200 juta hingga Rp300 juta, tergantung merek bahan yang digunakan.
Sejauh ini, katanya, PBPI Jatim mencatat bahwa sebagian besar pengusaha memilih memanfaatkan bangunan lama seperti gudang atau lapangan tenis untuk dikonversi menjadi venue padel.
“Satu lapangan tenis bisa jadi tiga lapangan padel, jadi efisien sekali,” katanya.
Untuk memastikan olahraga padel tetap terjaga antusiasnya, PBPI Jatim berpesan kepada pada pelaku bisnis lapangan padel, agar tidak tergoda menurunkan harga demi menarik pengunjung, karena akan berdampak pada industri padel.
“Kami mengimbau pemilik venue untuk menjaga harga agar industri tetap sehat. Kalau semua banting harga, nanti yang rugi industri padel itu sendiri,” pungkasnya. (ris/saf/ipg)